12 Januari, 2010

blok 11,3 infeksi virus

LAPORAN HASIL SGD
BLOK 11 LBM 3
“PENYAKIT INFEKSI VIRUS”


KELOMPOK SGD 5 :
Aria Rahmadani
Febriana Pisca Vicalista
Nisa Cindikaiani
Purna Waluyo Jati
Radella Istiqomah
Rista. A
Tristiarina Agatri
Wahyu kusumaningtyas
Widya Febrianti
Yayuk Catur

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2009/2010

BLOK 11 LBM 3
PENYAKIT INFEKSI VIRUS
Skenario
Pria berusia 48 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri diperut sebelah kanan atas. Sejak seminggu lalu pasien merasa mual disertai muntah, serta air kencingnya berwarna gelap. Dari hasil anmanesa, diketahui bhwa pria tersebut adalah pengguna obat-obatandengan jarum suntik.
Dokter tersebut curiga adanya keterkaitan dengan infeksi virus, karena dari pemeriksaan obyektifnya, dokter menemukan adanya gejala fisik, intra oral, maupun ekstraoral, yang spesifik terhadap salah satu infeksi virus. Dokter tersebut kemudian menjelaskan adanya infeksi virus yang bermanifestasi pada oral.

STEP 1
Virus : agen infeksi sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop cahaya yang hanya mempunyai RNA.
STEP 2
• Infeksi Virus
STEP 3
• Pada sistem Genital
o AIDS
Etiologi : HIV
Gambaran klinis: penurunan sistem imun, mudah sakit, merasa lemah, hairy leukoplakia, herpes simpleks yang persisten.
Patofisiologi :
Pemeriksaan :
Pengobatan:
Cara penularan: jarum suntik, free sex, transfusi darah ,dari ibu ke janin
Cara pencegahan :
o HPV
Etiologi : HPV
Gambaran klinis : terdapat papil-papil pada cervix
Patofisologis :
Pemeriksaan : pap smear
Pengobatan:
Cara penularan: pengangkatan rahim
Cara pencegahan : vaksin gardasil


• Pada sistem Pencernaan
o Hepatitis (klasifikasi A,B,C)
Etiologi: HAV, HBV
Gambaran klinis : tidak nafsu makan, mual, muntah, demam
Patofis :
Pemeriksaan : lab (SGOT), serologi
Pengobatan : transplantasi hati
Cara penularan : darah, urin, feses, saliva, kontak seks
Cara pencegahan : vaksin hepatitis

o Cytomegalovirus
Etiologi : cytomegalovirus
Gambaran klinis: pembesaran hati dan limfa, trombositopenia
Patofis:
Pemeriksaan :
Pengobatan:
Cara penularan: ibu ke janin
Cara pencegahan:
• Pada sistem Pernafasan
o Influenza
Etiologi : Virus influenza A atau B
GK : demam, pilek, sakit kepala, batuk,malaise, peradangan pada selaput lendir hidung dan pernafasan.
Pemeriksaan :
Pengobatan :
Cara penularan : bersin, batuk, droplet
Cara pencegahan: vitamin, vaksin influenza
o TBC
Etiologi : HIV
Gambaran klinis :
o Mumps
Etiologi : paramyxovirus
GK: pembesaran kel. Parotid, nyeri tekan, sering lelah, demam, pusing, trismus
Patfis :
Pemeriksaan : klinis (palpasi), lab (hitung leukosit), tes serologik
Pengobatan : analgesik ringan, obat kumur
• Pada sistem Kulit
o Campak
Etiologi : paramyxovirus
GK: panas badan, nyeri otot, mata merah, batuk, pilek, nyeri tenggorokan
Pemeriksaan ; lab ( darah)
Cara penularan : droplet
Cara pencegahan : vaksin BCG
o Varicella zooster
Etiologi : virus varicella zooster
GK: terdpt vesikel pd kulit dan wajah, lesi berkeropeng dan akan sembuh dg sendirinya dan membentuk jar parut, panas, gatal
Pemeriksaan : lab, serologi, kultur, mikroskop
o Herpes
Etiologi : HSV I (mulut), HSV II (genital)
GK: vesikel pada mukosa membran mulut, genital, kulit,multipel, putih kekuningan, berbatas jelas, recurren herpes simpleks
Pemeriksaan :klinis, serologi
Pengobatan: acyclovir intravena
Cara penularan: kontak langsung dengan penderita
Cara pencegahan : menjaga imun

STEP 4
Konsep mapping








STEP 5
LI
• Pada sistem Genital
o AIDS
Etiologi :
Gambaran klinis:
Patofisiologi :
Pemeriksaan :
Pengobatan:
Cara penularan:
Cara pencegahan :
o HPV
Etiologi :
Gambaran klinis :
Patofisologis :
Pemeriksaan :
Pengobatan:
Cara penularan:
Cara pencegahan :


• Pada sistem Pencernaan
o Hepatitis (klasifikasi A,B,C)
Etiologi:
Gambaran klinis :
Patofis :
Pemeriksaan :
Pengobatan :
Cara penularan :
Cara pencegahan :

o Cytomegalovirus
Etiologi :
Gambaran klinis:
Patofis:
Pemeriksaan :
Pengobatan:
Cara penularan:
Cara pencegahan:
• Pada sistem Pernafasan
o Influenza
Etiologi :
GK :
Pemeriksaan :
Pengobatan :
Cara penularan :
Cara pencegahan:
o TBC
Etiologi :
Gambaran klinis :
o Mumps
Etiologi :
GK:
Patfis :
Pemeriksaan :
Pengobatan :
• Pada sistem Kulit
o Campak
Etiologi :
GK:
Pemeriksaan :
Cara penularan :
Cara pencegahan :
o Varicella zooster
Etiologi :
GK:
Pemeriksaan :
o Herpes
Etiologi :
GK:
Pemeriksaan :
Pengobatan:
Cara penularan:
Cara pencegahan :


STEP 6
• Belajar Mandiri
STEP 7
Infeksi Virus
Pada sistem Genital
a) AIDS
Etiologi: HIV-1
Gambaran Klinis:
• Infeksi primer:
o Asimtomatik
o Demam, ruam,dan limfanodenitis servikal
o Terdapat infeksi oprtunistik (kandidiasis orofaring, pneumocytis cranii)
o Pemulihan simtomatik terjadi setelah 1-2 minggu meskipun hitung CD4 jarang kembali kenilai sebelumnya.
• Fase asimtomatik(klasifikasi CDC kategori A)
o Individu yang terinfeksi baisanya tetap sehat tanpa bukti penyakit HIV kecuali untuk kemungkinan adanya limfadenopati generalisata persisiten (didefinisikan sbg pembesaran kelenjar 2 atau lebih lokasi ekstrainguinal)
• Fase simtomatik (kategori B)
o Penurunan BB kronik, demam atau diare, kandidiasis oral atau vagina, oral hairy leukoplakia (OHL), infeksi herpes zooster rekuren, radang panggul berat, angiomatosis basiler, displasia servikal.
Manifestasi oral:
- Karies gigi
- Lesi oral yang biasa terjadi : kandidiasis (pseudomembranus, eritematous, kelitis angularis), infeksi virus herpes simpleks, linear ginggival erytema, pembengkakan kelenjar parotis, stomatitis apthousa recuren)
Patofisiologis :
• Awalnya terjadi perlekatan antara glikoprotein (gp) 120 dan reseptor sel CD4, yang memicu perubahan konformasi pada gp 120 shg memungkinkan pengikatan dg koreseptor kemokin (biasanya CCR5 atau CXCR 4). Kemudian tjd penyatuan pori yg dimediasi oleh gp41
• Setelah berada di dalam CD4, salinan DNA ditranskipsi dari genom RNA oleh enzim reserve transcyptase (RT) yg dibawa oleh virus.
• Selanjutnya DNA ditransport kedalam nukleus dan terintegrasi secara acak didalam genom sel pejamu. Virus yg terintegrasi diketahui sebagai DNA provirus.
• Pada aktivasi sel pejamu, RNA ditranskipsi dari cetakan DNA ini, selanjutnya translasi menyebabkan produksi protein virus.
• Poliprotein prekursor dipecah oleh protease virus menjadi enzim. Hasil pecahan digunakan untuk menghasilkan partikel virus infeksius yang keluar dari permukaan sel dan bersatu dengan sel pejamu.
• Virus infeksius baru (virion) selanjutnya dapat menginfeksi sel yang belum terinfeksi dan mengulang proses tersebut
Pemeriksaan :
• Viral load (VL) dan hitung CD4 diperiksa secara teratur (setiap 8-12 minggu)
• Tes HIV biasanya dilakukan pada darah vena, tes skrining yang mendeteksi antibodi anti- HIV (igG dan igM) dan HIV p24 antigen.
• Deteksi virus menggunakan polymerase chain reaction (PCR)
Pengobatan:
• Aspek sosial
• Aspek medis :
o Pengobatan suportif
o Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik
o Pengobatan antiretroviral (ARV) bekerja langsung menghambat replikasi HIV. Obat ARV yang tersedia diindonesia adalah : Zidovudine, Lamivudine, Didanosine, Zalcitabine, Stavudine, Abacavir , Nevirapine, Evafirenz, Delaviridine, Indinavir, Nelfinavir, Saquinavir, Ritonavir, Amprenavir, Iopinavir,
Cara pencegahan :
• Hindarkan hubungan seksual diluar nikah.
• Hindari Kontaminasi dengan cairan tubuh terinfeksi
• Orang tergolong perilaku resiko tinggi tidak menjadi donor darah.
• Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lain mis; akupunktur, jarum tatto, jarum tindik, hanya sekali pakai dan terjamin sterilitasnya.
• Jauhi narkoba, karena penyebaran HIV/AIDS di kalangan panasun (pengguna perilaku risiko lainnya.
Cara penularan :
• Secara seksual, parenteral (transfusi darah, jarum suntik, trauma akibat pekerjaan)
• Penularan dari ibu ke anak

b) Human Papiloma Virus (HPV)
Etiologi : HPV
Gambaran Klinis :
 Genital warts biasanya muncul sebagai benjolan kecil atau kelompok tonjolan pada daerah genital. Dapat berukuran kecil atau besar, berbentuk seperti kembang kol. berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat.
 Kanker serviks
1. Pendarahan vagina yang tidak normal seperti :
 Pendarahan di antara periode menstruasi
 Pendarahan di luar waktu haid
 Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
 Pendarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
 Pendarahan sesudah menopause
2. Kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuningan, berbau)
3. Rasa sakit saat berhubungan seksual
4. Rasa sakit/ nyeri pada pinggul dan kaki

Gambaran klinis secara umum:
• Tanda-tanda terserang HPV sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil.
• Kutil yang tumbuh mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat.
• Awalnya hanya berupa bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar. Semakin lama kutil dapat menjadi semakin besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak jika tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit kurang dijaga.
• Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal sehingga membuat tidak nyaman dan sering kali baru disadari keberadaannya saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan besar.
• Kutil dapat bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak pernah tumbuh sampai dinyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai kita menyadari bahwa kita terinfeksi HPV).
Gejala fisik yang terlihat pada wanita :
1. Kutil pada organ kelamin , dubur /anus atau pada permukaan vagina
2. Pendarahan yang tidak normal
3. Vagina menjadi gatal, panas atau sakit
Gejala fisik yang terlihat pada pria :
1. Kutil pada penis, anus atau skrotum
2. Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)
Manifestasi oral :
1. Sakit pada laryng (laryngitis) biasanya terjadi pada bayi.
2. Sakit saat menelan, Setelah berlangsung lama akan berakibat susah bernafas
3. Sakit pada lidah yang mengakibatkan hilangnya pengecapan.

Patofisiologi:
• Lesi abrasi, pada permukaan mukosa masuk ke lapisan basa, terjadi pembelahan secara cepat
• Masuk kedalam tubuh bersama sel didalam tubuh
• Bergerak ke lapisan kulit paling atas yaitu sel stratum basale yang mempunyai daya membelah yang paling dominan, kemudian terjadi pembelahan,
• Terjadi pelepasan virus beserta epitel deskuamasi
• HPV yang menyerang sel biasanya pada squamou columner junctio (SQJ) pd servix.
• Ketika infeksi HPV pada SQJ , sel epitel pada SQJ akan mengalami perubahan dan supresif secara genetika
• Setiap sel normal memiliki gen P53 dan PRB1
• Ketika ke 2 gen tersebut mampu menekan suatu mitosis
• Terjadi pembelahan secara tidak terkendelai
• Terjadi hyperplasia sel epitel squamou columner junction
Pemeriksaan:
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang :
o Pemeriksaan darah dan urin
o Pemeriksaan eksudat vagina dengan pulasan gramserologik (VDRL dan TPHA)
Pengobatan :
 Podofilox gel: Seorang pasien-pengobatan diterapkan untuk eksternal genital warts.
 Imiquimod krim
 Perawatan kimia (termasuk asam trichloracetic dan podophyllin), yang harus diterapkan oleh penyedia layanan kesehatan yang terlatih untuk menghancurkan kutil).
 Cryotherapy: Menggunakan cairan nitrogen untuk membekukan dari kutil.
 Terapi laser: Menggunakan sinar laser atau lampu kuat untuk menghancurkan kutil.
 Electrosurgery: Penggunaan dan arus listrik untuk membakar kutil.
Pembedahan: Dapatkah memotong kutil di satu kunjungan.
 Interferon: sebuah obat antivirus, yang bisa disuntikkan langsung ke dalam kutil.

Cara pencegahan :
Langkah-langkah pencegahan :
• Gunakan kondom
• Jangan merokok
• Jangan berganti-ganti pasangan seks, satu lebih baik
• Lakukan tes pap minimal setahun sekali
Namun demikian, kondom tidak dapat mencegah penularan HPV secara keseluruhan karena virus ini dapat menular melalui hubungan langsung dengan daerah kulit yang terinfeksi yang tidak diliputi oleh kondom.
Mencegah genital warts: Vaksin (Gardasil) tersedia untuk melindungi terhadap sebagian besar kutil kelamin pada laki-laki dan perempuan (lihat di atas).
Mencegah Kanker Serviks: Ada dua vaksin (Cervarix dan Gardasil) yang dapat melindungi wanita terhadap sebagian besar kanker serviks
Kanker serviks juga dapat dicegah dengan skrining kanker serviks rutin dan tindak lanjut hasil abnormal. Tes Pap dapat menemukan sel abnormal pada leher rahim sehingga mereka dapat dihilangkan sebelum kanker berkembang. Tes DNA HPV, yang dapat menemukan HPV pada leher rahim wanita
Cara penularan :
• Hubungan seksual

Pada sistem Pencernaan
a. Hepatitis (klasifikasi A,B,C)
1. Hepatitis A
Etiologi : HAV
Gambaran klinis :
1. Demam ringan, mialgia, rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, anoreksia, mula, dan muntah.
2. Setelah 3-6 hari urin menjadi berwarna gelap, tinja pucat dan timbul iketerus.
Patofisiologis :
- HAV merupakan enterovirus RNA . stelah tertelan, virus masuk melalui orofaring atau usus bagian atas atau mencapai hati.
- Replikasi terbatas didalam hati
- Virus hepatitis menyerang hati kemudian terjadi peradangan
- + infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous
- degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
- Respon peradangan dan terjadi pembengkakan dalam memblokir sistem drainage hati
- destruksi pada sel hati
- statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah
- hiperbilirubinemia,dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
Pemeriksaan :
- Konfirmasi HAV melalui deteksi antibodi igM HAV (positif selama 12 minggu).
- Laboratorium
1. Pemeriksaan pigmen
a. Pemeriksaan protein
b. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

2. urobilirubin direk
a. protein totel serum
b. AST atau SGOT
3. bilirubun serum total
a. albumin serum
b. ALT atau SGPT
4. bilirubin urine
a. globulin serum
b. LDH
5. urobilinogen urine
a. HbsAG
b. Amonia serum
6. urobilinogen feses

7. Waktu protombin:

a. respon waktu protombin terhadap vitamin K

- Radiologi

- foto rontgen abdomen

- pemindahan hati degn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif

- kolestogram dan kalangiogram

- arteriografi pembuluh darah seliaka

- Pemeriksaan tambahan

- Laparoskopi

- biopsi hati

Pengobatan :
- Tirah baring merupakan pengobatan utama
- Transplantasi hati
Cara pencegahan:
- Sanitasi dan persediaan air yang baik dengan higiene personal.
- Anak2 yang mengalami kontak erat tidak boleh masuk sekolah bila mengalami demam
- Imunisasi aktif dengan imunoglobulin normal
- Imunisasi aktif dengan vaksin mati
Cara penularan:
- Tempat makan yang sama
- Makanan yang terkontaminasi

2. Hepatitis B
Etiologi : HBV
Gambaran Klinis :
- Onset perlahan, demam ringan, anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, mual dan muntah, tidak nyaman saat merokok.
- Setelah 2-6 hari urin menjadi gelap, tinja menjadi lebih pucat dan timbul iketerus.
- Sindrom demam, atralgia atau atritis dan ruam urtikaria atau ruam makulopapular.
- Terjadi hepatomegali yang nyeri tekan dan licin.
Patofisiologi :
- Antigen HBV diekspresikan pada permukaan hepatosit dan terdapat reaktivitas selular yang dimediasi oleh sel T untuk melawan antigen ini, reaksi ini merupakan penyebab utama kerusakan hepatosit.
Pemeriksaan :
- Dengan menentukan antigen dan antibodi HBV serta DNA HBV.
Pengobatan :
- Hepatitis akut:
1. Tirah baring merupakan pengobatan utama
2. Transplantasi hati
- Hepatitis kronik :
1. Lamifudin atau adefovir
2. Transplantasi hati
Cara penularan :
- Melalui darah atau cairan tubuh (saliva, cairan semen, ASI, cairan rongga serosa) yang masuk melalui suntikan atau pajanan ke membran mukosa.
- Infeksi didapat dari produk darah, jarum atau alat2 kedokteran yang terkontaminasi dan gaya hidup seperti pembuatan tato.
Cara pencegahan:
- Vaksin untuk bayi yang ibunya memiliki antigen permukaan HBV positif dan utk para pekerja pascapajanan yang sebelumnya tidak diimunisasi.
- Tidak memperbolehkan orang2 yang beresiko tinggi menjadi donor darah

3. Hepatitis C
Etiologi : HCV
Gambaran Klinis:
- Onset akut perlahan dengan demam derajat rendah, anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, mual, muntah.
- Setelah 2-6 hari urin menjadi gelap, tinja pucat, timbul ikterus.
- Artralgia atau atritis prodormal
- Hepatomegali dengan permukaan licin dan nyeri tekan
Pemeriksaan :
- Antibodi spesifik terhadap HCV
- Asam nukleat melalui amplifikasi (PCR)
- Biopsi hati
Pengobatan :
- Untuk hepatitis akut ,Tirah baring
- Untuk hepatitis kronik, interferon pegylated seminggu sekali, denganm ribavirin setiap hari.
Cara penularan:
- Melalui darah yang terkontaminasi
- Melalui produk darah
- Jarum suntik atau penggunaan obat suntik
- Melalui hubungan seksual
Cara pencegahan :
- Tidak memperbolehkan orang beresiko tinggi menjadi donor darah
- Skrining donor darah untuk antibodi HCV
- Inaktivasi HCV dalam produk darah
- Penggunaan produk plasma sintetik yang dihasilkan melalui teknologi DNA rekombinan.
- munisasi HBV dan HAV bila belum imun pada tes skrining

b. Cytomegalovirus
Etiologi :
- Cytomegalovirus adalah genus dari kelompok virus Herpes. Pada manusia ini dikenal sebagai HCMV atau Human Herpesvirus 5 (HHV-5).
Gambaran klinis :
- Gejala-gejala infeksi bervariasi tergantung pada usia dan kesehatan orang yang terinfeksi, dan bagaimana infeksi terjadi
- Bayi yang terinfeksi sebelum kelahiran biasanya tidak menunjukkan gejala infeksi CMV setelah mereka lahir
- Demam tinggi, menggigil, kelelahan yang parah, sakit kepala dan pembesaran limpa.
Patofisiologi :
- Ketika host yang terinfeksi, CMV DNA dapat dideteksi dengan polymerase chain reaction (PCR) dalam semua garis keturunan sel yang berbeda dan sistem organ dalam tubuh. Setelah awal infeksi, CMV menginfeksi sel-sel epitel dari kelenjar ludah, mengakibatkan infeksi yang gigih dan pelepasan virus. Infeksi pada sistem Genitourinary mengarah viruria klinis tidak penting. Meskipun replikasi virus terus menerus di ginjal, disfungsi ginjal jarang terjadi kecuali dalam penerima transplantasi ginjal, di antaranya CMV jarang dikaitkan dengan korupsi glomerulopathy dan kemungkinan penolakan.
Pemeriksaan :
- Solasi virus pada kultur jaringan (sel manusia) dari urin, faring, leukosit darah tepi, susu manusia, air mani, sekresi leher rahim dan cairan tubuh.
- Visualisasi langsung badan inklusi virus
- Pemeriksaan serologi
- Polymerase chain reaction (PCR) menggunakan primer dalam pengkodean gen antigen awal langsung atau dalam CMV DNA.
Pengobatan:
- Secara medis konvensional, pengobatan yang paling sering dipakai untuk infeksi CMV adalah Ganciclovir.
Cara pencegahan :
- Sering mencuci tangan dengan sabun dan air hangat
- Hindari kontak langsung dengan penderita
Cara penularan:
Virus ditularkan melalui berbagai cara:
- tranfusi darah
- transplantasi organ
- kontak seksual,
- air susu , air seni dan air liur ; transplansental atau kontak langsung saat janin melewati jalan lahir pada persalinan pervaginan.

c. Influenza
Etiologi : virus influenza A dan B
Gambaran klinis :
- Gejala akan tampak 24-48 jam setelah terinfeksi
- Demam dan ekstrim dingin (menggigil, gemetar (rigor))
- Batuk,tubuh sakit terutama sendi dan tenggorokan
- Kelelahan
- Sakit kepala disertai sakit disekeliling dan belakang mata
- Kadang-kadang disertai mual dan muntah terutama pada anak-anak
Patofisiologi :
- Virus hanya dapat bereplikasi dalam sel hidup. Influenza infeksi dan replikasi adalah proses multi langkah pertama virus tersebut mengikat dan masuk kedalam sel, kemudian memberikan genom ke sebuah situs di mana ia dapat menghasilkan salinan baru protein virus dan RNA, merakit komponen tersebut menjadi partikel virus baru dan akhirnya keluar dari sel inang.
Pemeriksaan :
- Isolasi virus dan swab hidung atau tenggorok
- Deteksi antigen pada aspirat faring
- Amplifikasi asam nukleat spesifik melalui PCR
- Kultur darah serta pewarnaan gram serta kultur sputum
Pengobatan :
- Amantadin :memperpendek durasi dan mengurangi keparahan gejala influenza A sebanyak sepertiganya bila dimulai dalam 48 jam.
- Zanamivir dan oseltamivir : aktif melawan influenza A dan B
- Antibiotik (misalnya sefotaksim) dengan aktifitas melawan patogen sekunder
Cara penularan :
- Cara penularan melalui droplet dan melalui tangan serta barang-barang yang baru terkontaminasi (misal, sapu tangan)
- Melalui air liur yang terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus)
Cara pencegahan :
- Vaksin influenza
- Hindari kontak langsung dengan penderita
- Vitamin

d. Mumps(purna,tya,della)
Etiologi : infeksi virus paramyxovirus RNA
Gambaran klinis :
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.

Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
- Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
- Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
- Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
- Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual).
Patofisiologi :
- Virus masuk tubuh melalui via hidung atau mulut. Proliferasi terjadi di parotis atau epitel traktus respiratorius, kemudian terjadi viremia dan selanjutnya virus berdiam dijaringan kelenjar atau saraf yang paling sering terkena ialah glandula parotis. Pada manusia, selama fase akut, virus mumps dapat disoler dari saliva, darah, air seni dan liquor
Pemeriksaan:
- pemeriksaan laboratorium air kencing (urin) dan darah., ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
- titer antibodi mumps, analisa serum atau lipase.
Pengobatan :
- Istirahat di tempat tidur selama masa panas dan pembengkakan kelenjar parotis.
- Simtomatik diberikan kompres panas atau dingin dan juga diberikan analgetika.
- Diet makanan cair dan lunak.
- Kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis.
Cara penularan:
- melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin.
Cara pencegahan:
- mumps Vaksin (MMR)
- mencuci tangan dengan baik dan sering dengan sabun

Pada sistem Kulit
a. Campak
Etiologi : Famili paramyxovirus (morbili)
Gambaran klinis :
Pada fase pertama :
- masa inkubasi 10-12 hari, sudah mulai terinfeksi tetapi belum ada gejala klinis.
- Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum keluar.
pada fase kedua (prodormal ):
- Batuk, pilek, demam
- Mata tampak kemerah-merahan dan berair
- Didalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari, terkadang anak juga mengalami diare. Satu atau dua hari timbul demam tinggi yang turun naik.
Pada fase ketiga:
- Keluarnya bercak merah atau makulopapular seiring dengan demam tinggi .
Patofisiologi :
- Viremia terjadi setelah invasi epitel pernafasan
- Ruam mungkin diperantarai oleh imun, bersamaan dengan pembentukan antibodi
- Ensefalitis disebabkan oleh reaksi imunologis lokal terhadap sel yang diinfeksi oleh virus
- Setelah peme\ulihan terbentuk imunitas humoral dan selular.
Pemeriksaan :
- Konfirmasi laboratorium
- Penemuan antibodi igM spesifik dalam darah atau saliva.
- Deteksi antigen pada sekret nasofaring
Pengobatan :
- Tirah baring
- Untuk menurunkan demam diberikan asetaminofen atau ibuprofen
- Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik
- Anak2 tidak boleh bersekolah hingga 4 hari dari onset timbulnya ruam
Cara penularan :
- Melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut
- Melalui sekresi pernafasan dari anak2 yang terinfeksi
- kontak langsung dengan pendcerita
Cara pencegahan :
- vaksin campak
- vaksin yang diberikan pada orang yang berkontak pada waktu 72 jam setelah terpajan atu imungonilin normal yang diberikan dalam 6 hari
b. Varicella zoster
Etiologi : virus varicella zooster (VZV)
Gambaran klinis:
1. Ruam:
- Makulopapula eritematosa timbul pada wajah dan batang tubuh berlanjut melalui tahap vesikule, pustular dan krusta
- Lesi baru terus timbul
- Lesi lebih banyak dikepala dan batang tubuh
- Cenderung lebih berat pada oarang2 dewasa dan orang2 defisiensi seluler
- Krusta terkelupas dalam waktu 1 minggu
2. Ulkus mukosa tidak jarang terjadi di mulut, faring dan vagina
3. penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah
Patofisiologi :
- virus masuk kemudian terjadi multiplikasi dan masuk kealiran darah atau kelenjar limfe (tahap viremia primer)
- kemudian menuju organ hepar , terjadi multiplikasi kemudian masuk kedalam aliran darah (tahap viremia sekinder)
- menyebar ke seluruh jaringan tubuh menuju kulit dan mukosa (timbul papul, vesikel, pustula)
- berjalan mengikuti saraf, menuju ganglion dorsalis (fase laten)
- setelah virus laten (beberapa minggu, bulan, tahun) kemudian mengalami kondisi imunosupresi, virus yang laten mengalami reaktivasi oleh faktor pemicunya, kemudian terjadi multiplikasi, menyebar ke ganglion, terjadi proses inflamasi dan menuju kekulit kemudian timbul nyeri (varicela zooster)
Pemeriksaan :
- Serologi (peningkatan antibodi 4 kali lipat)
- Kultur virus dari cairan vesikel
- Imunofluoresensi atau PCR untuk menemukan antigen virus pada kerokan vesikel
- Apusan Tzanc (pewarnaan giemsa atau wright dari kerokan dasar vesikel)
Pengobatan :
- Asiklovir oral , mempersingkat penyakit pada orang dewasa dan remaja bila diberikan dalam 24 jam sejak timbulnya ruam dan direkomendasikan
- Pasien immunocompromised dan pneumonia harus mendapatkan asiklovir intravena.
Cara penularan:
- Melalui inokulasi saluran pernafasan oleh sekresi pernafasan yang terinfeksi atau cairan vesikel (cacar air) melalui inhalasi atau kontak langsung
- Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
Cara pencegahan :
- Anak-anak tidak boleh bersekolah selama 5 hari sejak onset timbulnya ruam.
- Vaksin varisela Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
-
c. Herpes :
Herper zoster
Etiologi :
- Reaktivasi virus VZV laten pada ganglion saraf sensorik.
Gambaran Klinis:
1. Nyeri prodormal: lamanya kira-kira 2-3 hari
2. Ruam:
a. Vesikel dengan eritema disekitarnya yang berlanjut menjadi pustul yang pecah kemudian terpisah
b. Lesi baru timbul selama 3-5 hari
c. Pecahnya vesikel serta pemisahan terjadi dalam 2-4 minggu
3. Nyeri fase akut umum selama evolusi ruam
Pemeriksaan :
- Pemeriksaan klinis
- Kultur virus atau deteksi antigen
- Polymerase chain reaction (PCR) untuk DNA virus
Pengobatan:
- Acyclovir intravena: untuk infeksi neurologis ,neonatal, viseral, diseminata, dan mukokutan berat.
- Kasus mukoktan ringan dengan asiklovir, famsiklovir, valasiklovir
- Cold soles rekuren berespon baik dengan asiklovir topical dioleskan pada awal penyakit
Cara penularan:
- Melalui inokulasi saluran pernafasan oleh sekresi pernafasan yang terinfeksi atau cairan vesikel (zooster) melalui inhalasi atau kontak langsung
Cara pencegahan:
- Analgesia :penting untuk pasien dengan nyeri
- Asiklovir, famsiklovir, valasiklovir yang diberikan dalam 72 jam
- Amitripilin, spray pendingin topikal, dan stimulasi saraf transkutan seringkali membantu pada neuralgia pascaherpes

Herpes simplek
Etiologi :
- virus herpes simplek (HSV tipe 1 dan HSV tipe 2)
Gambaran klinis :
- gejala herpes simplek dapat bervariasi dari satu individu keindividu yang lain.
- Infeksi pertama disertai gejala seperti demam, lemas, nyeri disekitar mulut, anoreksia, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
- Gejala utamanya berupa vesikel berkelompok dipermukaan kulit yang sembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh,gatal dan dapat menjadi krusta.
- Predileksinya yaitu disekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong.
Patofisiologi :
- Setelah multiplikasi awal pada lokasi inokulasi, virus berjalan disepanjang ujung saraf ke ganglion regional untuk multiplikasi selanjutnya.
- Selanjutnya virus berjalan turun sepanjang saraf untuk mengenai permukaan kulit atau mukosa yang lebih luas. Penyebaran langsung kedaerah sekitar juga terjadi.
- Sel yang terserang memperlihatkan gambaran degenerasi balon dengan karakteristik sel raksasa dan inklusi intranuklear
- Saat infeksi primer menghilang, imunitas humoral dan seluler terbentuk namun virus tetap dorman dalam sel ganglion dan dapat mengalami reaktivasi. Selanjutnya, menyebabkan penyakit lokal rekuren atau perkembangan virus asimtomatik. Penyakit interkuren, cahaya matahari, dan trauma merupakan faktor reaktivasi yang telah diketahui namun penyebab reaktivasi belum diketahui.
Pemeriksaan :
- Pemeriksaan klinis
- Pemeriksaan virologis
- Kultur virus atau deteksi antigen
- Polymerase chain reaction (PCR) untuk DNA virus dalam cairan serebrospinal penting untuk mendeteksi infeksi SSP.
Pengobatan :
- Pengobatan antivirus dalam bentuk pil dan krim , untuk mengurangi durasi penyakit atau beratnya penyakit
- Acyclovir, valacyclovir dan famcyclovir.

Cara penularan :
- Melalui kontak langsung kulit atau mukosa yang robek dengan sekresi orogenital dari orang yang terinfeksi
Cara pencegahan :
- Hindari berhubungan seksual dengan orang lain bila masih terdapat vesikel.
- Hindari pinjam meminjam barang pribadi seperti handuk
- Hindari pencetus terjadinya episode rekuren seperti kurang tidur, stress berlebihan.
- Pasien dan perawat dengan lesi aktif harus menutupi lesinya atau menghindari individu yang rentan.












DAFTAR PUSTAKA
Barr E, Tamms G., 2007, Quadrivalent human papillomavirus vaccine, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17682997?dopt=Ab
Jawetz , Melnick , 1995, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Ed. 16, EGC, Jakarta
Mandal ,B.K, 2006, Penyakit Infeksi , Edisi 6, Erlangga, Jakarata
http://www.cegahkankerserviks.org/apa_saja_gejala_kanker_serviks.html
http://www.klikpdpi.com/modules.php?name=News&file=article&sid=2682
Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu KEsehatan Anak FKUI. Jakarta:
Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto

1 komentar:

  1. Irrespective of receiving daily oral or future injectable depot therapies, these require health care visits for medication and monitoring of safety and response. If patients are treated early enough, before a lot of immune system damage has occurred, life expectancy is close to normal, as long as they remain on successful treatment. However, when patients stop therapy, virus rebounds to high levels in most patients, sometimes associated with severe illness because i have gone through this and even an increased risk of death. The aim of “cure”is ongoing but i still do believe my government made millions of ARV drugs instead of finding a cure. for ongoing therapy and monitoring. ARV alone cannot cure HIV as among the cells that are infected are very long-living CD4 memory cells and possibly other cells that act as long-term reservoirs. HIV can hide in these cells without being detected by the body’s immune system. Therefore even when ART completely blocks subsequent rounds of infection of cells, reservoirs that have been infected before therapy initiation persist and from these reservoirs HIV rebounds if therapy is stopped. “Cure” could either mean an eradication cure, which means to completely rid the body of reservoir virus or a functional HIV cure, where HIV may remain in reservoir cells but rebound to high levels is prevented after therapy interruption.Dr Itua Herbal Medicine makes me believes there is a hope for people suffering from,Parkinson's disease,Schizophrenia,Cancer,Scoliosis,Fibromyalgia,Fluoroquinolone Toxicity
    Syndrome Fibrodysplasia Ossificans Progressiva.Fatal Familial Insomnia Factor V Leiden Mutation ,Epilepsy Dupuytren's disease,Desmoplastic small-round-cell tumor Diabetes ,Coeliac disease,Creutzfeldt–Jakob disease,Cerebral Amyloid Angiopathy, Ataxia,Arthritis,Amyotrophic Lateral Sclerosis,Alzheimer's disease,Adrenocortical carcinoma.Asthma,Allergic diseases.Hiv_ Aids,Herpe ,Copd,Diabetes,Hepatitis,I read about him online how he cure Tasha and Tara so i contacted him on drituaherbalcenter@gmail.com even talked on whatsapps +2348149277967 believe me it was easy i drank his herbal medicine for two weeks and i was cured just like that isn't Dr Itua a wonder man? Yes he is! I thank him so much so i will advise if you are suffering from one of those diseases Pls do contact him he's a nice man.

    BalasHapus