22 Juli, 2009

bLok 8,4_ronTgen

STEP 1
1. Foto Rontgen : Unit yg dgunakan u/ melihat anggota tubuh dlm
Foto yg mnggunakan smber sinar pegion dan bukan pegion, gel.suara, dan mahnet u/ diagnostik dan terapi
2. sinar X : Macam dari sinar pegion
3. Proteksi diri dari Radiasi Sinar X : Melindungi diri dari akibat pancaran radiasi sinar X
4. Radiasi : Pancaran Energi dr sumbernya, brupa : photon dlm bntuk gel.radio, sinar x ato sinar gamma

STEP2
• TEKNIK FOTO DAN KEHARUSAN DALAM RONTGEN GIGI
• TEKNIK PEMOTRETAN DALAM FOTO RONTGEN
• PENGGUNAAN FOTO RONTGEN DALAM KG
STEP 3
RONTGEN : Unit yg dgunakan u/ melihat anggota tubuh dlm.

1. FUNGSI DAN TUJUAN :
FUNGSI DAN TUJUAN : UTK MENDIAGNOSIS JAR DENTAL SKELETAL YG TDK TERLIHAT SECARA KLINIS , MENENTKAN WAKTU ERUPSI.
2. MACAM RONTGEN DALAM KG : PERI APIKAL , PANORAMIK , CHEPALO , CLOSE UP , BITE WINGS
3. ALAT : LI FILM
4. TEKNIK FOTO DAN INTERPRETASI :
5. JENIS PEMERIKSAAN RONTGEN :
DASAR : PEMERIKSAAN RONTGEN TANPA KONTRAS SEPERTI TORAKS , CRANIUM , DALAM PEMERIKSAAN RONTGEN DGN BAHAN KONTRAS SEPERTI GASTER, URINARIUM
KHUSUS : PEMERIKSAAN ARTERIOGRAFI, DIPERLUKAN ALAT KHUSUS
6. KELEBIHAN KEKURANGAN :
KELEBIHAN : BISA MELIHAT ORGAN YG TDAK TERLIHAT OLEH KASAT MATA
KEKURANGAN : MAHAL , BAHAYA BAGI IBU HAMIL
7. INDIKASI DALAM RONTGEN : LI
RADIASI SINAR X
1. DEFINISI RADIASI : Pancaran Energi dr sumbernya, brupa : photon dlm bntuk gel.radio, sinar x ato sinar gamma

2. DEFINISI SINAR X : Macam dari sinar pegion
3. SIFAT RADIASI :
4. EFEK RADIASI ( JAR GIGI , JAR TUBUH , DSK ) : KANKER , DAPAT MENYEBABKAN KERUSAKAN PADA JAR TUBUH , KERUSAKAN GEN ,
5. SIFAT SINAR X : MEMILIKI DAYA TEMBUS , MENGALAMI ETANUASI , MENIMBULKAN RADIASI SEKUNDER, MEMILIKI EFEK FOTOGRAFIS
6. EFEK SINAR X : KANKER , DAPAT MENYEBABKAN KERUSAKAN PADA JAR TUBUH , KERUSAKAN GEN , KEMANDULAN
7. PROSES TERJADINYA SINAR X : BAYU
8. SUMBER RADIASI : SINAR X
9. KEGUNAAN RADIASI DALAM KG : UNTUK MEMBUAT GAMBARAN GIGI, TULANG DAN JAR LUNAK, PADA FILM.
10. SATUAN DALAM RADIASI :
RONTGEN : (R)
GRAY ( GY )
BECQUEREL ( BQ )
CURIE
REM
11. PERATURAN2 YANG BERLAKU DALAM PROTEKSI RADIASI ( OPERATOR , PASIEN , RUANGAN ) : STERIL , PSIEN TDK BOLEH MENGGUNAKAN PERHIASAN , SELAMA PEMERIKSAAN, PASIEN TDK BOLEH BERGERAK , DAN ORG DISEKITAR PASIEN TDK BOLEH DI DEKAT TEMPAT PEMERIKSAAN .


STEP 7
RONTGEN
1. DEFINISI : Unit yg dgunakan u/ melihat anggota tubuh dlm
Foto yg mnggunakan smber sinar pegion dan bukan pegion, gel.suara, dan mahnet u/ diagnostik dan terapi

2. FUNGSI DAN TUJUAN :
1. Untuk mendeteksi lesi, dll.
2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit.
3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut.
4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan.
5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi.
6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.
7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu waktu.
( Haring. 2000)

3.alat : Untuk
dapat menghasilkan suatu pencitraan sinar-X diperlukan beberapa instrumetasi yang baku
sebagai berikut :
1. Tabung sinar-X
Tabung sinar-X berisi filament yang juga
sebagai katoda dan berisi anoda. Filamen
terbuat dari tungsten, sedangkan anoda
terbuat dari logam anoda (Cu, Fe atau Ni).
Anoda biasanya dibuat berputar supaya
permukaannya tidak lekas rusak yang
disebabkan tumbukan elektron.
2. Trafo Tegangan Tinggi
Trafo tegangan tinggi berfungsi pelipat
tegangan rendah dari sumber menjadi
tegangan tinggi antara 30 kV sampai 100
kV. Pada trafo tegangan tinggi diberi
minyak sebagai media pendingin. Trafo
tegangan tinggi berfungsi untuk
mempercepat elektron di dalam tabung.
3. Instrumentasi kontrol
Sistem kontrol berfungsi sebagai pengatur
parameter pada pengoperasian pesawat
sinar-X.
Instrumentasi kontrol terbagi menjadi 5
modul yaitu :
a. modul Power supplay (Catu daya DC )
b. modul pengatur tegangan (kV)
c. modul pengatur arus (mA)
d. modul pengatur waktu pencitraan (S)
e. modul Kendali system
f. catu daya AC dari sumber PLN.


4.teknik foto dan interpretasi :
Jenis-jenis Foto Rontgen Gigi
Secara garis besar foto Rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan
penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen
extra oral.
1 Teknik Rontgen Intra oral
Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar
secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk
mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi
diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra
oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal. (Brocklebank.
1997)
- Teknik Rontgen Periapikal
Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi
dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk
memperoleh foto periapikal yaitu teknik paralel dan bisektris, yang sering
digunakan di RSGM adalah teknik bisektris. Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut,
impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap
permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, Untuk
membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum
erupsi.

- Teknik Bite Wing
Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang
bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat
permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik
pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film
di dalam mulut.
- Teknik Rontgen Oklusal
Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas
maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal.
Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau
menggigit bagian dari film tersebut.

2 Teknik Rontgen Ekstra Oral
Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada
rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto
Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto
Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah
foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri,
proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.( Haring.
2000)
- Teknik Rontgen Panoramik
Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan
gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila
beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi
geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara
keseluruhan dalam satu Rontgen foto, Untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll.



- Teknik Lateral
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang
muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.
- Teknik Postero Anterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat
memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis,
fossanasalis, dan orbita.
- Teknik Antero Posterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan
maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang
hidung.
- Teknik Cephalometri
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat
trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat
digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan
palatum keras. foto rontgen seluruh tengkorak kepala yang diambil dari arah samping. Rotgen ini bermanfaat untuk melihat adanya permasalahan pada tulang rahang atas dan bawah, yang mungkin menyebabkan gigi tonggos atau pun cakil. Hal ini dimaksudkan sebagai pertimbangan dilakukannya terapi pada tulang rahang atas maupun bawah.

- Proyeksi Water’s
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus
ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga
nasal.
- Proyeksi Reverse-Towne
Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami
perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero
lateral pada maksila.
10
- Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus,
sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus.

Interpretasi Dasar Foto
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan interprestasi foto yaitu:
1. Identitas: nama, nomor RM, tangal dan jam pembuatan foto, tindakan selanjutnya.
2. Ketajaman sinar, apabila terlalu radiopaque (terlalu terang) atau terlalu gelap (radiolusen), maka foto harus diulang karena akan terjadi salah interprestasi.
Dalam membaca foto rontgen, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah densitas atau derajat tebalnya bayangan hitam pada film. Para radiolog menggolongkan adanya empat densitas yaitu: gas atau udara, air, lemak dan logam. Radiograf paling baik dilihat dalam ruang agak gelap dengan sinar yang
mengarah langsung ke film; semua sinar dari luar harus dihilangkan. Radiograf
harus dipelajari dengan kaca pembesar untuk mendeteksi perubahan mendetil
densitas gambar. Berbagai intensitas sumber sinar juga harus tersedia. Hal ini
dapat menggantikan film overexposed atau underexposed atau film dengan
kesalahan proses. Banyak film dapat diselamatkan dengan cara ini, termasuk
menghindari pengulangan foto dan paparan radiasi tambahan ( Goaz, 1994).


5.jenis pemeriksaan rontgen :
Macam Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Tanpa Kontras
Pemeriksaan ini dipakai rutin dan sebagai pendahuluan yakni pembuatan radiografi thoraks dengan proyeksi dorsoventral, ventrodorsal, dan lateral. Pemeriksaan lainnya yaitu pembuatan radilologi thoraks proyeksi oblique kanan dan kiri, dengan esofagus diisi barium, dan pemeriksaan tembus (fluoroskopi). Pemeriksaan tembus berguna untuk menilai pulsasi jantung dan gerakan diafragma. Pemeriksaan ini harus dibatasi penggunaannya karena besarnya radiasi yang dipancarkan.

2. Pemeriksaan Dengan Kontras
Kontras dimasukkan melalui pembuluh darah ke dalam jantung diikuti pembuatan serial radiografi. Pemeriksaan ini berguna untuk melihat kelainan-kelainan yang terdapat dalam jantung seperti: dinding jantung sebelah dalam, katub jantung dan pembuluh darah besar, serta gambaran sirkulasi jantung dengan paru. Pemeriksaan ini juga berguna untuk memberikan informasi keadaan jantung dan pembuluh darah sebelum dilakukan pembedahan.

6.kelebihan kekurangan :
kelebihan : bisa melihat organ yg tdak terlihat oleh kasat mata
kekurangan : mahal , bahaya bagi ibu hamil
7.indikasi dalam rontgen : dalam keadaan tertentu yg memerlukan pancabutan gigi.
disamakan dgn tujuan





RADIASI SINAR X
1. definisi radiasi : sinar X yang panjang gelombangnya range 10 sampai 0.01 nanometer.

2. definisi sinar x : macam dari sinar pegion
3. sifat radiasi :
4. efek radiasi ( jar gigi , jar tubuh , dsk )
Efek deterministik didefinisikan sebagai efek somatik yang meningkat.Efek ini berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik, dapat timbul segera setelah paparan atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan. Contoh efek deterministik adalah katarak, eritema kulit,
fibrosis dan pertumbuhan dan perkembangan abnormal yang mengikuti paparan
pada uterus.
Efek stokastik didefinisikan sebagai sesuatu yang menyebabkan terjadinya
keparahan tanpa dipengaruhi oleh ambang. Efek stokastik menunjukan respon all
or none, di modifikasi dengan faktor-faktor resiko individual. Efek ini dapat
timbul setelah paparan dengan dosis yang relative rendah seperti yang mungkin
terjadi dalam radiologi diagnostik. Kanker dan efek genetik merupakan efek stokastik (White & Pharoah 2000).


5. sifat sinar x : memiliki daya tembus , mengalami etanuasi , menimbulkan radiasi sekunder, memiliki efek fotografis
6. efek sinar x : Efek yang dapat ditimbulkan adalah kematian sel2 tubuh. Pemakaian dalam jangka waktu lama dan terus menerus dapat mengakibatkan terjadi mutasi pada sel yang memicu kanker. Makanya biasanya ditetapkan rontgen ideal maksimal 3 bulan sekali. Diharapkan dalam tempo 3 bulan, sel2 tubuh yang rusak akibat sinar X terdahulu sudah regenerasi dan menjadi normal seperti sedia kala.


7. proses terjadinya sinar x : Sinar-X dapat terbentuk apabila partikel bermuatan misalnya electron oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami perlambatan. Sinar-X yang tidak lain adalah gelombang elektromagnetik yang terbentuk melalui proses ini disebut sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi kinetic partikel bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan.
Andaikata mula-mula ada seberkas electron bergerak masuk kedalam bahan dengan energi kinetic sama, electron mungkin saja berinteraksi dengan atom bahan itu pada saat dean tempat yang berbeda-beda. Karena itu berkas electron selanjutnya biasanya terdiri dari electron yang memiliki energi kinetic berbeda-beda. Ketika pada suatu saat terjadi perlambatan dan menimbulkan sinar-X, sinar-X yang terjadi umumnya memiliki energi yang berbeda-beda sesuai dengan energi kinetik elektron pada saat terbentuknya sinar-X dan juga bergantung pada arah pancarannya. Berkas sinar-X yang terbentuk ada yang berenergi rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat menimbulkan sinar-X itu, tetapi ada yang berenergi hampir sama dengan energi kinetik elektron pada saat elektron masuk kedalam bahan.
Dikatakan berkas sinar-X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai spektrum energi nirfarik.

Sinar-X dapat juga terbentuk dalam proses perpindahan elektron elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah, misalnya dalam proses lanjutan efek fotolistrik. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang sama dengan selisih energi antara kedua tingkat energi yang berkaitan. Karena energi ini khas untuk setiap jenis atom, sinar yang terbentuk dalam proses ini disebut sinar-X karakteristik, kelompok sinar-X demikian mempunyai energi farik. sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnyaelektron dari suatu tingkat energi menuju ke lintasan k, disebut sinar-X garis K, sedangkan yang menuju ke lintasan l, dan seterusnya.

Sinar-X bremsstrahlung dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-X atau pemercepat partikel. Rangkaian dasar pesawat sinar-X terlihat pada gambar di atas.pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur.bagian pesawat sinar-X yang menjadi sumber radiasi adalah tabung sinar-X. Didalam tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas terdapat filamen yang bertindak sebagai katode dan target yang bertindak sebagai anode. Tabung pesawat sinar-X dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara dalam perjalanannya menuju ke anode. Filamen yang di panasi oleh arus listrik bertegangan rendah (If) menjadi sumber elektron. Makin besar arus filamen If, akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu.

Elekitron yang dibebaskan oleh filamen tertarik ke anode oleh adanya beda potensial yang besar atau tegangan tinggi antara katode dan anode yang dicatu oleh unit sumber tegangan tinggi (potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus kV atau MV lebih rendah dibandingkan potensial anode), elektron ini menabrak bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung.

Khusus pada pemercepat partikel energi tinggi beberapa elektron atau partikel yang dipercepat dapat agak menyimpang dan menabrak dinding sehingga menimbulkan bremsstrahlung pada dinding. Beda potensial atau tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang terbentuk, sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan waktu yang sampai ke bidang anode yang terakhir ini disebut arus tabung It yang sudah barang tentu bergantung pada arus filamen It. Namun demikian dalam batas tertentu, tegangan tabung juga dapat mempengaruhi arus tabung. Arus tabung dalam sistem pesawat sinar-X biasanya hanya mempunyai tingkat besaran dalam milliampere (mA), berbeda dengan arus filamen yang besarnya dalam tingkat ampere. Spektrum energi sinar-X pada pesawat sinar-X jenis ortho terlihat pada gambar dibawah. Spektrum garis yang biasanya muncul menunjukkan adanya sinar-X karakteristik. Pesawat sinar-X yang tidak dinyalakan atau tidak diberikan tegangan tinggi tidak memancarkan sinar-X. Dari uraian diatas kita ketahui bahwa bidang target dalam tabung sinar-X itulah sumber radiasi yang sebenarnya. Bidang ini disebut bidang fokus. Pada proses bremsstrahlung sinar-X mempunyai kemungkinan dipancarkan kesegala arah. Namun demikian bagian dalam tabung atau di sekitar tabung, misalnya logam penghantar anode gelas tabung dan juga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap sebagian besar sinar-X yang dipancarkan sehingga sinar-X yang keluar dari rumah tabung, kecuali yang mengarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan adalah berkas yang mengarah ke jendela bagian yang tipis dari tabung. Pesawat sinar-X energi tinggi (s/d tingkat MV) biasanya lebih dikenal dengan nama pemercepat partikel. Dalam pesawat ini percepatan elektron dilaksanakan bertingkat-tingkat sehingga pada waktu mencapai target mempunyai energi sangat tinggi, misalnya ada yang sampai setinggi 20 MV atau lebih. Energi sinar-X yang dipancarkan sudah tentu juga sangat tinggi. Sinar-X yang dipancarkan dari pesawat pemercepat partikel memiliki energi yang lebih seragam dibandingkan dengan yang dipancarkan melalui pesawat sinar-X energi rendah. Sasaran pada pesawat pemercepat partikel biasanya sangat tipis, karena ketika mencapai target elektron mempunyai energi yang sama, energi sinar-X yang dipancarkan juga hampir sama. Selain itu arah berkas sinar-X hampir seluruhnya kedepan.

8. sumber radiasi :
• Menurut Asalnya
– Radiasi Alam
• Radiasi dari luar angkasa --> Cosmogenic Radionuclide
1H3, 4Be7, 11Na22, 11Na24, 6C14
• Radiasi dari dalam bumi --> Primodial Radionuclide
19K40, deret 92U238 dan 90Th232
– Radiasi Buatan
• Reaktor Nuklir --> Reaksi inti tidak aktif dengan Neutron cepat
• Industri --> Gauging, PLTN
• Kesehatan --> Pesawat Sinar – X
* Linac, Afterloading ( Zat Radioaktif )
9. kegunaan radiasi dalam kg : untuk membuat gambaran gigi, tulang dan jar lunak, pada film.
10. satuan dalam radiasi :
rontgen : (r)
gray ( gy )
becquerel ( bq )
curie
rem

11.peraturan2 yang berlaku dalam proteksi radiasi ( operator , pasien , ruangan )
TUJUAN PROTEKSI RADIASI
• Mencegah penerimaan paparan radiasi baik terhaang memungkinkdap individu maupun lingkungan dalan intensitas yang memungkinkan terjadinya bahaya radiasi.
• Mencegah meningkatnya efek somatis non stokastik dan mengurangi frekwensi peluang timbulnya efek somatik stokastik
• Agar setiap pemanfaatn radiasi benar-benar dapat dipertanggung jawabkan


1. Desain dan paparan di ruangan radiasi

a. Ukuran Ruangan Radiasi
• Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter.
• Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.

b. Tebal Dinding
• Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm.
• Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.
• Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.

c. Pintu dan Jendela
• Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.
• Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan.
• Tujuannya adalah :
ã Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi.
ã Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.
ã Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif.
ã Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.

• Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
• Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.

d. Paparan Radiasi
• Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut.
• Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu.
• Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.


2. Perlengkapan Proteksi Radiasi

a.Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbal.

b.Sarung tangan timbal
Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbal.


3. Alat monitor Radiasi

a. Film Badge
• Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai film badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari.
• Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian depan atau panggul bagian depan.

b. Survey meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan untuk mengukur paparan radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat radiasi.


4. Pesawat Radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari fokus pada tegangan maksimum.

b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen.

c. Diafragma berkas radiasi
• Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik.
• Ketebalan difragma minimal setara dengan 2 mm timbal.
• Posisi berkas sinar difragma harus berhimpit dengan berkas radiasi.

d. Peralatan Fluoroskopi
• Tabir flouroskopi harus mengandung gelas timbal dengan ketebalan yang setara dengan 2 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100 KV atau 2,5 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 150 KV.
• Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir flouroskopi harus mempunyai ketebalan setara dengan 0,5 timbal dengan ukuran 45 x 45 cm.
• Tabung peswat rontgen dengan tabir flouroskopi harus dihubungkan secara permanen dengan sebuah stop kontak otomatis harus dipasang untuk mencegah beroperasinya pesawat apabila pusat berkas radiasi tidak jatuh tepat di tengah-tengah tabir flouroskopi.
• Semua peralatan flouroskopi harus dilengkapi dengan tombol pengatur waktu yang memberikan peringatan dengan bunyi sesudah waktu penyinaran terlampaui. Penyinaran akan berakhir jika pengatur waktu tidak di reset dalam waktu satu menit.

5. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala sedikitnya sekali dalam setahun.

6. Kalibrasi Pesawat Rontgen
Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

7. Dosis Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
• Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan atas rumus dosis akumulasi :
D = 5 ( N - 18 ) rem

D :Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama masa kerjanya
N :Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun
18:Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi dinyatakan dalam tahun

• Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem.
• Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13 minggu ialah 1,25 rem . Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem.
• Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu minggu adalah 0,1 rem.

8. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding yang bergizi bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.

9. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi
1. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang pemeriksaan.
2. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
3. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada di luar ruangan pemeriksaan , sedangkan petugas berada di ruang operator. Kecuali sedang menggunakan flouroskopi maka petugas memakai pakaian proteksi radiasi.
4. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
5. Tidak menyalakan flouroskopi apabila sedang ada pergantian kaset.
6. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
7. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
8. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
9. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.
10. Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.

10. Prosedur Kerja di Ruang ICU dengan menggunakan Mobile Unit X-Ray
1. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
2. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua petugas harus berada sejauh mungkin dari pasien dan memakai pakaian proteksi radiasi.
3. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
4. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
5. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
6. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
7. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.



A. Keselamatan arus listrik
1. Arde listrik peralatan sinar-x
Arde dilakukan dengan menghubungkan permukaan metal/logam pada pesawat sinar-x ke tanah melalui konduktor tembaga. Konduktor ini bisa berupa:
• Satu lempeng tembaga yang ditempelkan ke permukaan metal/logam dari meja pemeriksaan, tuas penyangga tabung, tranformator dan control consoul dan menghu-bungkannya ke tanah. PERHATIKAN BETUL BAHWA LEMPENG LOGAMNYA BENAR-BENAR MENEMPEL.
• Satu konduktor bumi yang terdapat pada kabel utama dari pesawat sinar-x bergerak (mobile unit) yang terhubung pada bagian akhir dari rangkaian pesawat yang membutuhkan arde dan ujung yang lain pada konduktor bumi di dalam colokan listrik (pulg socket).
• INGAT, penggunaan kabel pe-nyambung (extention cable) atau adaptor akan meng-hambat kelancaran kerja dari konduktor bumi dan jangan digunakan, kecuali jika tidak terdapat alternatif lain. Tetapi, jika harus menggunakan kabel penyambung harap diingat ukuran dan besar kabel harus sama dengan kabel utamanya dan kedua ujung ardenya harus benar-benar tersambung dengan baik.
PERIKSALAH SECARA TERATUR KABEL DAN SAMBUNGAN PADA KEDUA UJUNG dengan kondisi seperti di bawah ini:
• Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau kerusakan hendaknya segera diperbaiki atau diganti.
• Sambungan antara ujung kabel dan colokan listrik. Karet pembungkus kabel hendaknya terlindung di dalam kotak colokan listrik.
• Kotak colokan listrik. Jika kotak ini retak atau pecah hendaknya segera diganti.
• Ujung arde yang terdapat di dalam colokan listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6 bulan teknisi listrik atau petugas yang cakap harus mengecek keadaan ini. jika colokannya putus, maka jangan dimasukkan ke dalam soket listrik sampai ia benar-benar telah diperbaiki dan aman.
Catatan: Kerusakan dapat dicegah dengan penanganan yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x dan kabelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut, menempel pada permukaan yang tajam saat digerakkan.

2. Sekering/Fuse
Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati rangkaian. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memasang sekering yang benar nilainya.
Jika sekeringnya tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar dengan yang lain pada nilai yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya serta diperbaiki.
JANGAN PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat bahaya dilakukan.
Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan “hanya sinar-x”. Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang lain, karena ia colokan khusus tanpa sekering. Alat itu didisain khusus untuk menerima tegangan listrik pada saat eksposi yang amat sangat rendah, akan tetapi sangat berbahaya bila digunakan dengan tegangan listrik biasa yang tidak mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.

3. Colokan dan soket listrik
Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus punya penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus sebelum colokan dilepaskan.
INGAT, jangan pernah mencabut colokan dengan menarik kabelnya. Dengan cara mematikan penghu-bungnya adalah lebih baik, hal itu akan menghindari terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik.
Soket harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang mengalir .
Jika peralatan kamar gelap –seperti tabung iluminator- membu-tuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus ditempatkan pada posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh petugas yang sedang bekerja.
Jika colokan atau soket sudah berumur tua atau jika sekering penghubung tidak mengait dengan baik, maka ujung logam co-lokannya atau soketnya akan menjadi panas.
Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau soketnya harus diganti walaupun sebe-narnya disebabkan oleh ukuran kabel yang tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir.
Atau panggillah tenaga yang berkompeten tentang listrik untuk memperbaikinya.

4. Pelindung/pembungkus peralatan
Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai pelindung.
Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada komponen yang terkelupas dan bisa tersentuh. Bagian ini dirancang terpisah dengan bagian lain dan mempunyai pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus selalu terlindung dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah semua peralatan listrik “diputus” , dan periksalah semua ujung peralatan, tidak ada yang menempel pada bagian lain.
Jika terdapat kerusakan pada bagian dalam dari peralatan hendaknya yang mengambil adalah teknisi listrik. Dan semua ujung peralatan harus dalam keadaan tidak ada arus listrik.
INGAT, periksa sekering apakah masih melekat ketika pelindung logam sedang diperbaiki.

5. Pembersihan peralatan
Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar (non-flammable) seperti krim pembersih “bodi” mobil yang dengan mudah dapat dibeli di pasar.

6. Perbaikan peralatan
Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan mem-punyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut.

7. Konsleting (electrical fire)
Peralatan listrik –karena kesalahan- bisa terjadi konsleting atau kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bisa mengakibatkan kebakaran.
Jika asap atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus diputus dari sambungan listriknya dengan segera.
Api yang timbul pada peralatan listrik biasanya tidak cepat merambat bila penghubung listriknya dimatikan, karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung pemadam api yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api.
JANGAN pernah menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa digunakan bila tidak terdapat peralatan yang lain. INGAT bila terjadi kebakaran, panggil teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang aman dan dekat dengan pintu.
Karena untuk mencegah bahaya kebakaran, maka segala serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di dalam bagian yang mengandung listrik.
Udara harus dapat dengan mudah bertukar pada bagian peralatan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan panas pada bagian itu.

B. Keselamatan peralatan mekanik
Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap yang cukup besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiografer dan pekerja lainnya. Periksalah apakah:
1. Barang-barang perabot terletak secara aman di dinding, lantai atau atap.
2. Kunci dan gembok berfungsi dengan baik.
3. Tombol dan pembungkus peralatan terletak dengan aman pada posisinya sehingga tidak ada jari-jari pasien atau radiografer yang tersentuh atau luka akibat keadaan tersebut. Sekrup atau mur yang lepas harus diganti dengan ukuran yang sama.
4. Periksalah konus dan pembatas sinar-x, apakah tersambung dengan baik ke tabung sinar-x dan tabung sinar-x tersambung dengan baik dengan penyangganya.

C. Keselamatan radiasi
1. Periksalah karet Pb. yang digunakan untuk meyakinkan tidak adanya sinar-x yang tembus ketika melakukan pemeriksaan (terutama pada eksposi yang dekat organ/daerah sensitif). Jika karet timbal yang digunakan tidak cukup tebal, maka gunakan karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut pada film hasil.
2. Apron/Pelindung Pb. Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa tidak ada bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang digunakan terdapat celah atau renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan atau pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan ditempel dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai pecahan pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki, hendaknya diperiksa dengan menggunakan sinar-x apakah masih terdapat kebocoran radiasi.

D. Pengamanan cairan kimia
Cairan kimia untuk pemrosesan film adalah bahan yang berbahaya karena ia dapat merusak/iritasi kulit dan menyebabkan uap yang berbahaya ketika terhirup. Oleh sebab itu ventilasi yang baik pada kamar gelap adalah kebutuhan yang mendasar dan jika ingin membuat larutan kimia hendaknya dilakukan di luar ruangan kamar gelap/udara terbuka. Perlu dingatkan juga pada petugas yang mengaduk cairan/bubuk pemroses film agar berhati-hati ketika menuangkan cairan/bubuk tersebut ke dalam air karena bisa terpercik, terhirup atau menempel pada dinding ruangan dan berakibat larutan menjadi terkontaminasi.
Pakaian pelindung: sarung tangan karet, masker, apron dan kaca mata pelindung harus digunakan ketika mengaduk cairan kimia. Tangan harus selalu dicuci segera setelah bekerja dengan larutan. Jika larutan terpercik ke wajah atau mata maka harus dicuci dengan air bersih.
Penggunaan larutan penetap (fixer) harus selalu hati-hati karena terdapat kandungan perak (Ag.) yang bisa menyebabkan polusi. (C)

13 Juli, 2009

BLok 8,3 SteriLisasi

STEP 1

1. Mikrorganisme pathogen:
Organisme yg membawa penyakit dng ukuran 0,5-5 mikron
2. Asepsis:
Tindakan membebaskan diri infeksi
3. Sterilisasi
Tindakan membebaskan suatu bhn atau benda dr segala bentuk kehidupan
4. Disinfeksi
Mematikan mikrorganisme yg berbahaya
5. Carrier:
- Pembawa
- Orang atau binatang yang mengandung bibit penyekit tertentu tanpa menunjukkan gejala klinis yangjelas dan berpotensi sebagai sumber penularan penyakit. Status sebagai “carrier” bisa bertahan dalam individu dalam waktu yang lama dalam perjalanan penyakit tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas, (dikenal sebagai carrier sehat atau “asymptomatic carrier”)
6. Strerilitas
Tingkat steril
7. Disinfektan
Bahan yg mampu menghancurkan mikrorganisme yg berbahaya
8. Autoclave
Alat untuk mensterilkan intrumen dng panas yg lembab
9. Pemanasan kering(oven)
Suatu metode sterilsasi dng menggunakan botol yg di masukan ke dlm oven
10. Chemivlave
Metode sterilasasi dngan menggunakan uap bahan kimia

STEP 2
 Sterilisasi dan disinfeksi dlm praktek KG
 Sterilasasi dan disinfeksi alat kedokteran gigi
 Sterilasasi dan disinfektan dlm praktek KG
 Metode sterilasasi dlm KG

STEP 3
ASEPSIS
 Definisi
Upaya yg dilakukan untuk mencegah msknya mikrorganisme yg kemungkinan menyebabkan infeksi
Suatu keadaan dmn tidak ada mikroranisme patogen yg hidup
 Tujuan
Mengurangi bakteri,virus,parasit,jamur
 Fungsi
Mencegah masuknya mikrorganisme
 Tindakan
Sterilisasi dan disinfeksi
 Ruang lingkup asepsis

STERILISASI
 Definisi
Tindakan membebaskan suatu bhn atau benda dr segala bentuk kehidupan
 Tujuan
Untuk membuat suatu obyek menjadi steril
 Prinsip sterilasasi
Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap : (2)
- Pembersihan sebelum sterilisasi.
- Pembungkusan.
- Proses sterilisasi.
- Penyimpanan yang aseptik
 Metode sterilisasi
-Sterilisasi panas:S.langsung dng panas lab,S. Denagn panas kering
-S.Filterasi
-S.Radiasi
-Sterilisasi dng gelombang bunyi
-S.Kebekuan

DISINFEKSI
 Definisi
Mematikan mikrorganisme yg berbahaya
 Tujuan
Agar mikrorganisme mati
 Prinsip
LI
 Metode
LI
 Macam2 bahan dan kegunaanya
Alkohol,aldehid,senyawa halogen,fenol
 Perbedaan antara Sterilasai & disinfeksi
Disinfeksi
-Secara kimia
-Menjadikan mikrorganime mati
Sterilasasi
-secara kimia dean fisik
-Membebaskan mikrorganisme
 Akibat jika tdk melakuakan sterilasasi dan disinfeksi
-Akan terjadi sepsis
-Resiko terjadinya infeksi lbh besar
STEP 4



STEP 7

ASEPSIS
 Definisi
 sebagai keadaan terbebas dari mikroorganisme patogen dan terlindungi dari kontak mikroorganisme
 Tujuan
untuk mengurangi resiko kontak dengan mikroorganisme patogen dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, baik untuk pasien maupun untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi.
 Fungsi
Mencegah masuknya mikrorganisme
 Tindakan
Teknik Asepsis terdiri dari 3 dasar yaitu:
o Mencegah masuknya mikroorganisme patogen dari luar masuk ke dalam tubuh
o Mencegah penyebaran mikroorganisme
o Upaya interupsi proses kontaminasi
 Ruang lingkup asepsis
Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung/diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut:
Segala alat yang digunakan harus steril
Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh
Alat yang steril harus ada pada area steril
Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama
Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril
Kulit tidak dapat disterilkan


STERILISASI
 Definisi
merupakan sebuah proses yang ditujukan untuk membunuh semua mikroorganisme,tmsk spora dan merupakan tingkat tertinggi dari seluruh proses pemusnahan mikoroorganisme


 Tujuan
Untuk membuat suatu obyek menjadi steril
 Prinsip sterilasasi

Ada 3
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
• Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.


tahapan-tahapan yang perlu dilakukan adalah:
1. Presoaking, membersihkan instrumen dari material yang menempel. Jika material tidak dapat langsung dibersihkan, letakkan instrumen pada cairan disinfektan atau deterjen namun tidak boleh terlalu lama agar tidak terjadi korosi
2. Cleaning, membersihkan instrumen dari sisa debris dan cairan tubuh pasien, dilakukan dengan 2 cara yaitu hand scrubbing dan ultrasonic cleansing. Handscrubbing pada dasarnya kontras terhadap salah satu prinsip kontrol infeksi, yaitu tidak boleh berkontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi sebisa mungkin. Handsrubbing dapat menimbulkan percikan air dan semburan udara yang dapat menimbulkan infeksi, dan dapat merusak instrumen. Hal tersebut dapat dihindari dengan menyikat instrumen di dalam air, kemudian dibilas dengan air mengalir.
3. Corrosion control and lubrication, instrumen yang disterilkan dengan dry heat, zat kimia dan gas ethylene oxide harus dibungkus terlebih dahulu. Keadaan instrumen yang kering dapat mengurangi kemungkinan korosi dan rusaknya pembungkus instrumen.
4. Packaging, dilakukan terutama agar instrumen tetap terlindungi pasca-sterilisasi
5. Sterilization, dan
6. Sterilization monitoring, dapat dilakukan dengan indikator kimia (perubahan warna) dan indikator biologis (tes spora). Indikator kimia hanya mengetahui bahwa benda telah terekspos panas, uap maupun zat kimia, tetapi tidak dapat menganalisa adanya pemusnahan bakteri dan spora.

 Metode sterilisasi
o Perebusan adalah metode yang paling umum digunakan dalam sterilisasi instrumen. Spora musnah dengan perebusan dalam air mendidih selama 5 menit. Penambahan sodium bikarbonat menambah efektifitas perebusan, namun dapat menimbulkan deposit material pada instrumen dan pengikisan pada insturmen yang terbuat alumunium. Instrumen tajam akan tumpul dengan perebusan berkali-kali. Perebusan juga dapat dilakukan terhadap sarung tangan karet, kateter dan syringe. Perebusan dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit.
o Uap jenuh dengan tekanan (saturated steam under pressure) merupakan metode yang direkomendasikan. Autoclave merupakan salah satu alat yang menghasilkan uap jenuh yang berperan dalam proses sterilisasi. Sterilisasi dilakukan selama 20-30 menit pada suhu 121 C (250 F) dengan tekanan 15-30 psi (pounds per square inch) setelah mencapai kondisi yang steril. Spora dapat dimusnahkan pada suhu 273 F dalam waktu 2 menit. Sterilisasi dengan cara ini dapat menimbulkan karat pada instrumen. Instrumen lebih baik dibungkus dalam keadaan kering, bebas lemak dan kotoran sebelum disterilisasi dengan alat ini. Jika alat akan disimpan, instrumen harus dibungkus dengan material pembungkus yang sesuai agar kondisi steril selalu terjaga. Setelah selesai, alat dikeluarkan dari sterilisator dan dikeringkan untuk mencegah sisa kelembaban saat penyimpanan.
o Sterilisasi dengan uap panas dan bahan kimia, menghasilkan uap tidak jenuh pada suhu 132 C (270 F) dengan mencampur bahan kimia dengan air dalam jumlah sangat sedikit selama 20 sampai 30 menit. Sterilisasi jenis ini tidak menimbulkan korosi/karat pada instrumen yang mudah berkarat. Beberapa jenis sterilisasi ini menghasilkan gas yang berbahaya, sehingga diperlukan ventilasi yang memadai. Sisa zat kimia dari sterilsator diklasifikasikan sebagai hazardous waste (limbah berbahaya).
o Gas ethylene oxide (EO) merupakan salah satu metode sterilisasi terhadap benda yang mudah terpengaruh panas dan kelembaban. EO mempunyai sifat toksik, mudah terbakar, dan bisa meledak, sehingga harus digunakan dengan hati-hati. Benda yang telah disterilkan dengan EO harus diangin-anginkan.
o Dry heat sterilisator, dapat digunakan terhadap bubuk, bur, tang, dan instrumen tajam. Sterilsasi ini tidak menimbulkan korosi. Kemasan bahan tidak boleh menghalangi penetrasi panas.
o Radiasi, dapat dilakukan dengan sinar infra merah, diberikan terhadap materi yang tidak dapat disterilkan dengan panas atau zat kimia. Energi radiasi ini dapat membunuh mikroorganisme
o Sterilisasi kimia, dapat dipilih pada kondisi tertentu, atau terhadap benda yang tidak tahan panas. Sterilisasi kimia terkadang tidak dapat membunuh spora dan virus walau terekspos dalam waktu yang lama. Permukaannya benda yang akan disterilkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Sterlisasi kimia atau disinfektan ini harus berkontak pada waktu tertentu (contact time) untuk mencapai sterilisasi yang baik.
(1)Sterilisasi dengan cara rebus
Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet.
(2)Sterilisasi dengan cara stoom
Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
(3)Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
(4)Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia
Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kene panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
Penyimpanan dari alat-alat yang steril
Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. Penyimpanan yang baik sama penting dengan proses sterilisasi itu sendiri, karena penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan instrumen tersebut tidak steril lagi. Lamanya sterilitas tergantung dari tempat dimana instrumen itu disimpan dan bahan yang dipakai untuk membungkus. Daerah yang tertutup dan terlindung dengan aliran udara yang minimal seperti pada lemari atau laci yang dapat dengan mudah didesinfeksi. Pembungkus instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.

Klasifikasi dental instrument berdasarkan tingkat dekontaminasinya:
1. Critical, material yang berpenetrasi ke dalam kulit atau membran mukosa, seperti jarum, skalpel, explorer, instrumen bedah, dll. Instrumen ini membutuhkan sterilisasi.
2. Semicritical, material yang menyentuh membrana mukosa tetapi tidak menembus daerah tubuh yang lebih dalam, seperti amalgam kondensor, handpiece, dll. Instrumen ini membutuhkan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi.
3. Noncritical, meliputi material yang tidak menyentuh membrana mukosa, seperti artikulator, lampu spirtus, dll. Instumen ini hanya memerlukan disinfeksi sedang.



DISINFEKSI
 Definisi
- Disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen
- Penggunaan germicidal chemical agent (zat-zat kimia germisid) untuk merusak atau membinasakan infektifitas potensial dari suatu benda/material.
 Tujuan
Agar mikrorganisme mati
Tujuan Desinfeksi adalah membunuh partikel virus agen penyakit yang berada diluar tubuh unggas, ‘menempel’ di media/peralatan kandang, alat angkut, kotoran, tangan kaki, pakaian petugas, termasuk kemungkinan adanya partikel di media udara, dll.

 Syarat disinfektan yang baik adalah:
a. Spektrum luas
b. Cepat bekerja
c. Tidak mudah terpengaruh, misalnya terhadap adanya material organik, detergen, dan zat kimia lainnya
d. Tidak toksik
e. Tidak mempengaruhi permukaan bahan yang disterilkan
f. Mempunyai efek residual, terus bekerja walaupun sudah tidak bersentuhan dengan disinfektan tersebut.
g. Stabil, tidak berbau dan tidak menyebabkan perubahan warna
h. Mudah digunakan
i. Ekonomis


 Macam2 bahan dan kegunaanya

Macam-macam larutan disinfektan :

• Chlorine. Sodium Hipochlorite dengan konsentrasi 0,05-0,5 % dengan waktu kontak 10 menit pada suhu 20 C. Larutan ini mempunyai sifat tidak stabil, sehingga penyimpanan harus dilakukan dengan ketat. Chlorine dapat membahayakan jika terkena kulit, mata dan membran mukosa. Selain itu juga dapat menimbulkan karat pada logam dan baunya tidak enak.
• Glutardehid, konsentrasi 2-3,2% dengan waktu kontak 10-30 menit pada suhu 20 C dapat digunakan sebagai disinfektan, dapat membahayakan jika terkena kulit, mata dan membran mukosa.
• Iodophor, merupakan agen germisida dengan kandungan iodinnya. Bersifat kosoif, mengiritasi mata, kulit dan mukosa dan baunya tidak enak. Iodophor yang sekarang banyak dikenal adalah povidone iodine (betadine, septadine, dll).
• Mercuric bichloride, baik untuk benda yang terbuat dari karet, tetapi mempunyai efek destruktif terhadap logam.
• Zephiran Chloride (benzalkonium chloride) merupakan disinfektan dan antiseptik yang baik, tetapi lemah terhadap spora.
• Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
merupakan agen germisida yang handal dengan konsentrasi optimal 70%. Zat ini mudah menguap, sehingga harus disimpan dalam botol yang tertutup. Efektif terhadap bakteri gram (+) dan gram (-), namun kadang-kadang menimbulkan iritasi atau alergi terhadap kulit operator.
• Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
• Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty.Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
• Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
• Senyawa halogen
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
• Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
• Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).



 Perbedaan antara Sterilasai & disinfeksi
Disinfeksi
- potensial dari benda/material yang dirusak/dibinasakan dengan menggunakan germicidal egents.
-sifatnya melemahkan atau mengurangi patogen,tidak dampai spora.

Sterilisasi
- suatu benda dibebaskan dari semua organisme secara kimiawi atau secara fisika
- mrpkn tingkat tertinggi dalam menghilangkan mikroorganisme patogen, Menjadikan mikrorganime mati,,sampai sporanya.


 Akibat jika tdk melakukan sterilasasi dan disinfeksi
-Akan terjadi sepsis
-Resiko terjadinya infeksi lbh besar karena peluang kontak dengan mikroorganisme semakin lebar.

05 Juli, 2009

blok 8,2 peresepan

SGD I
BLOK VIII LBM 2

STEP I
1. Obat : sediaan atau paduan2 yg siap digunakan utntuk menyelidiki scr fisio dan pato dlm rangka penetapan diagnose pncegahan, pnyumbahan, pmulihan dan peningktan kesehatan
2. Resep obat : permintaan tertulis dr dokter kepada apoteker untuk mneyediakan dan mneyerahkan obat bagi penderita sesuai UU yang berlaku
3. Resep dokter : suatu pesan dr professional kesehatan kpd apoteker / terapis lain untuk memberikan terapi pada pasien
4. Dosis : suatu batas max yg masih aman u/ digunakan pasien ; jumlah/ kadar
5. Resisten : obat tidak dapat bekerja karena meminum tidak sesuai dengan aturan dosis ; tahan
6. Anamnesis : suatu cara yang dilakukan untuk menggali informasi dari pasien mengenai penyakitnya
STEP II
1. Obat dan aturan dosis yang tepat
2. Obat dan cara pemakainnya
3. Resistensi terhadap obat
4. Obat dan aturan dosis yang tepat agar tidak terjadi resistensi
5. PENGARUH DOSIS OBAT TERHADAP RESISTENSI

STEP III & VII

OBAT
1. Definisi
 Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
 Senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosa penyakit / gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu
( farmakologi FK UI ed.5 )
 Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005)
 Suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan , menyembuhkan penyakit atau gejala, luka atau kelainan dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan ataua bagian tubuh manusia
 Zat kimia yang mempengaruhi proses hidup yaitu metabolisme parasit penyebab penyakit dan metabolisme penderita ( farmakologi dan terapi FK UI ed.4 )
2. Fungsi
Secara umum :
 Penetapan diagnose
 Untuk pencegahan penyakit
 Menyembuhkan penyakit
 Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
 Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
 Peningkatan kesehatan
 Mengurangi rasa sakit
Menurut golongannya :
 Remedia cardinale
 Remidia adjuvantia
 Remedia corrigens
 Remedia constituen
3. Macam
Menurut sumbernya ( tumbuhan, hewan, mineral, cara pengolahannya )
Menurut BSO ( padat, setengah padat , cair )
Menurut golongan obatnya ( bebas, keras, bebas terbatas dan narkotika )
Menurut produksinya ( generic, paten, obat jadi, obat standart, asli, obat menurut komposisi dokter sendiri )
Menurut pengaruh dalam tubuh ( setempat dan seluruh system tubuh )
A. Bentuk sediaan ( cair, setengah padat, padat )
I. Cair
 Obat luar
a. Solutiones (Larutan)
 Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
b. Mixtura
 Adalah campuran homogeny cairan dengan cairan
 Syarat mixture :
1. Harus homogeny
2. Tidak boleh ada endapan
3. Cairan yang satu dengan yang lain tercampur secara molekuler
c. Mixture agitanda
 Obat cair yangmengadung bahan padat yang tudak larut dalam vehikulum, sehingga sebagian bahan obat berada berupa endapan.
d. Suspensi
 Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut tapi terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
e. Emulsi
 Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi/emulgator.

 Obat suntik
a. Injectiones (Injeksi)
 Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
 Obat minum
a. Syrupus
Adalah bentuk sediaan cair yang mengandung saccarosa atau gula 40-60%. Sedangkan elixir mempunyai kandingan alcohol 8%.
 Obat tetes
a. Guttae (Obat Tetes)
 Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut), Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
II. Setengah padat
 Encer / cairan kental
a. Linimentum
 Adalah bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit.
 Keuntungan linimentum bila dibandingkan dengan unguentum :
1. Lebih mudah dicuci dari kulit, sehingga merupakan bentuk sediaan yang baik bila diberikan pada bagian kulit yang berambut, dan kulit muka serta kulit bayi yang halus
2. Penetrasi sediaan dari linimentum lebih baik dari sediaan unguentum
 Setengah padat
a. Unguentum ( salep )
 Sediaan setengah padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit tanpa kekerasan.
 Konsistensinya seperti mentega
 Dikelompokkan sebgai berikut :
1. Salep epidermis
2. Salep mukosa
3. Salep endodermik
4. Cream
5. jelly
b. Cremos
 Merupakan suatu variasi dari salep dan juga disebut dngan cream.
 Cream mengadung air yang memberikan rasa sejuk pada kulit
c. Pasta
 Adalah obat luar yang digunakan untuk praktek dermatologi
 Konsistensinya lebih kenyal dari unguentum
 Lebih padat
a. Sapo / sabun
 Didapat dengan proses penyabunan alkali dengan lemak atau asam lemak tinggi
 Konsistensi sapo tergantung pada basa yang dipakai untuk proses penyabunan : KOH menghasilkan sabun lunak dan NaOH menghasilkan sabun keras
 Penggunaan sabun :
1. Sabun kalinus / sabun hijau
- Masih mengadung glycerin didalamnya
- Digunakan sebagai detergen untuk membersihkan kulit pada saat persiapan operasi dan kulit yang berambut pada kondisi dermatologis
2. Sapo medicates / sabun obat
- Tidak ada glycerin di dalamnya
III. padat
a. Pulvis (Serbuk)
 Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar dan bentuk tidak terbagi.(talk)
b. Pulveres / puyer
 Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
c. Tablet (Compressi)
 Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
1) Tablet Kempa paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design cetakan
2) Tablet Cetak dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
3) Tablet Trikurat tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan
4) Tablet Hipodermik dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
5) Tablet Sublingual dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
6) Tablet Bukal digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
7) Tablet Efervescen tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.
8) Tablet Kunyah cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
d. Pilulae ( PIL)
f. Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
d. Kapsulae (Kapsul)
 Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
 Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
1) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3) Lebih enak dipandang
4) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
5) Mudah ditelan
e. Suppositoria
 Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Enema : konsistensi keras sedangkan supositoria sendiri lunak,berbentuk peluru.


B. Golongan obat menurut UU ( obat bebas, bebas terbatas, obat keras, obat narkotika )
1) Obat Bebas
 merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik-antipiretik, dan beberapa antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di Apotek, toko obat, toko kelontong, warung.
2) Obat Bebas Terbatas
 merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang umunya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam (analgetik-antipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat antiseptika, obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat dibeli di Apotek dan toko obat berizin.
3) Obat Keras
 merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/hipertensi, obat darah rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, dan beberapa obat ulkus lambung.
Obat golongan ini hanya dapat diperoleh di Apotek dengan resep dokter.
4) Obat Narkotika
 merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UURI No. 22 Th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada kemasannya ditandai dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah. Obat Narkotika bersifat adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketet, sehingga obat golongan narkotika hanya diperoleh di Apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh dari obat narkotika antara lain: opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain sebagainya. Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit.
 Dari bahan bakunya ( obat tradisional dan modern )
a. Obat tradisional
 Merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
b. Obat modern
 Obat yang digubakan dengn bantuan mesin tanpa ada campur tangan manusia yang membuat
 Kelebihannya : sterilisasi dan kebersihan dari obat itu terjaga
 Kekurangannya : efek yang dirasakan membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan obat tradisional
4.Mekanisme kerja obat dalam tubuh

 Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut. Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupun tidak berlaku bagi terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan sebagai reseptor yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor). Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis (agonist binding site) disebut antagonis

www.yoyoke.web.ugm.ac.id


DOSIS OBAT
1. Definisi
 Adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita untuk satu kali pemakaian, dalam satuan berat ( gr, mg ) atau satuan isi ( mm, lt ) atau unit-unit lainnya ( unit internasional ) yang akan menimbulkan efek pengobatan.jika aturan pakai yg diminta untuk 1 hari maka dinamakan dosis sehari.
2. Fungsi
 Menimbulkan efek terapi
 Agar tidak menimbulkan toksis di dalam tubuh
3. Klasifikasi
Menurut jumlahnya :
 Dosis minimal
Adalah dosis paling kecil yang masih mempunyai efek terapeutik
 Dosis terapeutik
- Adalah dosis diantara dosis minimal dan maksimal
- Dosis yang dapat menimbulkan efek terapeutik optimal
 Dosis maksimal
Adalah dosis terbesar yang mempunyai efek terapeutik tanpa gejala atau efek toksik.
 Dosis toksik
Adalah dosis yang menimbulkan gejala keracunan
 Dosis letal
Adalah dosis yang menimbulkan gejala kematian
Menurut waktu :
 Dosis awal ( loading dose )
 Dosis pemeliharaan ( maintenance dose )
 Dosis regimen
4. Menghitung dosis anak
1. Berdasarkan perbandingan umur
( Rumus Young, Dilling, Cowling, Fried )
2. Berdasarkan berat badan
(Clark )
3. Berdasrkan LPT ( luas permukaan tubuh )
(Crawford )
5. Factor yang mempengaruhi
a. Factor obat
- Sifat fisika :
- Sifat kimiawi :
- Toksisitas :
b. Cara pemebrian obat kepada penderita
- Oral : dimakan atau dimunum
- Parenteral : injeksi ( im, iv, dll )
- Rectal : vagina, uretral
- Local, tropical, transdermal
- Lain-lain : implantasi , sublingual , intrabukal
c. Factor penderita / karakteristik penderita
- Umur : anak, dewasa, bayi
- Jenis kelamin : untuk obat jenis hormon
- Berat badan : walau sama2 dewasa berat badan sangat berbeda
- Obesitas : harus diperhitungkna untuk obat tertentu
- Laktasi
- Kehamilan
- Lingkungan

RESEP
1. definisi : permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Resep ditulis dengan terminologi dalam bahasa latin,
2. macam : (teknik penulisan, aspek hukum dan legalitas)

• Hal-hal yang harus dimuat dalam resep:
a) Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, dan dokter hewan
b) Tanggal penulisan resep (inscriptio)
c) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat dan komposisi obat (invocatio/prescriptio)
d) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
e) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (subscribtio)
f) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
g) Tanda seru (!) dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis rasional

Untuk keamanan perlu diperhatikan beberapa hal yang berkenaan dengan legalitas dan kelengkapan resep beserta obat yang tertulis.
1. Resep lengkap bila: memuat nama dokter yang membuat resep dan tempat serta tanggal pembuatan resep.
2. Resep legal bila mencantumkan nomor izin praktek.
3. Penulisan obat lengkap bila mencantumkan nama obat, jumlah obat, bentuk sediaan, aturan pakai, nama pasien, jenis kelamin dan umur.
Misalnya: R/ Ampisilin cap, 500 mg no XX.
S 3 dd 1
4. Penulisan obat rasional bila mengandung dua jenis obat yaitu obat pokok untuk penyebab penyakit seperti antibiotika pada infeksi dan obat tambahan untuk mengatasi gejala penyakit seperti batuk berdahak.
Misalnya:
/Ampicillin 500 mg XV S 3 dd 1
/Prome exp< ![endif]--> syr S 2 dd cts II
/Transbroncho< ![endif]--> XII S 2 dd 1
Obat pokok adalah Ampicillin sebagai antibiotika untuk infeksi. Obat tambahan adalah dua obat penyakit saluran pernapasan, seperti Prome exp dan Transbroncho.
5. Penulisan obat rasional bila tidak terdapat indikasi kontra atau larangan untuk menggunakannya dalam beberapa keadaan tertentu. Ia akan terlihat brosur dengan judul kontra indikasi. Misalnya beberapa antibiotika tidak boleh digunakan wanita hamil.

RESISTENSI
1. Definisi
 Adalah keadaan di mana kuman tidak dapat lagi dibunuh dengan antibiotik. Pada saat antibiotik diberikan, sejumlah kuman akan mati. Tapi kemudian terjadi mutasi pada gen kuman sehingga ia dapat bertahan dari serangan antibiotik tersebut. Kuman yang tidak bisa bertahan dari serangan antibiotik akan mati, tapi kuman yang mengalami mutasi akan bertahan dan hidup. Kuman ini lalu membelah dengan cepat dan terbentuklah jutaan koloni kuman yang mampu melawan antibiotik tersebut. Bila nanti kumpulan kuman ini menginfeksi individu lain, maka antibiotik tersebut tak akan mampu mengatasi infeksi tersebut.
 Merupakan keadaan dimana mikroorganisme tidak dapat dihancurkan oleh antibiotic
 Suatu keadaan dimana kuman yang semula peka terhadap obat kemudian menghasilkan generasi baru yang tidak peka terhadap obat tersebut
2. Ciri2
 Terbentuknya generasi baru yang tahan terhadap obat
 Factor pasiennya : tidak kunjung sembuh walau telah dilakukan pengobatan
3. Mekanisme terjadinya resistensi
 Adanya system enzim dalam bakteri yang dapat merusak antibiotika
 Merubah permeabilitas dindingnya bakteri menjadi kuat sehingga tidak dapat masuk ek dalam sel bakteri
 Adanya system antagonisme resistensinya dalam bentuk sekresi suatu substansi oleh organisme
4. Faktor2 yang menyebabkan terjadinya resistensi
- Adanya factor genetic dari pasien terhadap bakterinya
Secara umum
- Penggunaan terlalu sering
- penggunaan obat terlalu lama
- Adanya pengulangan dan perpanjangan dosis yang tidak sesuai dengan anjuran dokter
- Pemutusan pemakaian
secara khusus
- genetic
terjadi perubahan genetic baik kromsonal maupun ekxtra kromosonal
- non genetik
Dokter :
 Pemberian dosis yang tidak sesuai
Pasien :
 Penggunaan tidak sesuai dengan dosis
 Penggunaan obat tidak sesuai dengan anjuran dokter

respon dari mikroorganismenya, antara lain:
1. Mikroorganisme menghasilkan enzim yang menghancurkan obat aktif.
2. Mikroorganisme mengubah permeabilitas terhadap obat. Contoh: streptokokus mempunyai barier permeabilitas terhadap aminoglikosida, jadi diperlukan obat yang aktif pada dinding sel yang simultan.
3. Mikroorganisme menyebabkan perubahan jalur metabolik yang melintasi reaksi yang dihambat oleh obat. Contoh: bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak memerlukan PABAiii ekstraseluler, tetapi dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk sebelumnya.
4. Mikroorganisme menyebabkan perubahan target struktural pada obat.
5. Mikroorganisme memiliki enzim yang tidak begitu kuat dihambat oleh obat. Contoh: asam dehidrofolat reduktase dihambat tidak begitu kuat oleh mikrooganisme yang resistan terhadap trimetroprim

5. Cara2 pencegahan resistensi
- Penggunaan obat sesuai anjuran dokter
 Meminum antibiotik hanya bila Anda memerlukannya dan bila diberi oleh dokter.
 meminum antibiotik sampai habis sesuai petunjuk dokter. Jangan menghentikannya di tengah-tengah hanya karena Anda merasa sudah baikan
 Janganlah minum antibiotik orang lain hanya karena Anda merasa penyakit Anda sama dengan orang tersebut
 Janganlah membeli antibiotik sendiri untuk flu dan common cold, dan nyeri tenggorok. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh virus.
 Cucilah tangan untuk menghindari penularan penyakit infeksi

STEP IV
Pasien


Dokter


Resep dosis irasional resisten


Obat BSO