12 Januari, 2010

blok 11,2 infeksi bakteri genital

LAPORAN HASIL SGD
INFEKSI BAKTERI












Disusun oleh :
KELOMPOK SGD 5


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2009 / 2010


Unit belajar 2 : Infeksi bakteri
Judul : ”Ya ampuuuuun… langit-langit mulutku bolong!”

Skenario

Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke praktek sore dokter gigi, ia mengeluhkan luka di langit-langit mulut yang lama kelamaan luka tersebut merusak tulang dan membuat sebuah luka berbentuk lubang di langit-langit mulut. Gejala yang dirasakan adalah demam ringan, pilek dengan ingus cair, mata berair, dan nyeri sendi. Beberapa bulan yang lalu di rongga mulut pasien pernah terdapat luka mengeras yang tidak sakit serta dapat sembuh spontan tanpa diobati.
Dokter gigi tersebut curiga ada penyakit lain yang menyebabkan luka pada mulut tersebut, yaitu infeksi bakteri pada system genetalia, saraf atau kulit. Untuk menegakan diagnosis, dokter gigi member rujukan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang.

STEP 1
 Sistem Genetalia : Organ2 kelamin
 Sistem saraf : Suatu system yg mengordinasi otot2 memonotor organ2 dan mengaktifkan kegiatan(sensorik).Sistem koordinasi yg bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk medeteksi dan di respon oleh tubuh.
 Kulit :bgn terluar tubuh yg melindungi organ didalamnya.Lapisan terluar tubuh yg melapisi seluruh tubuh dan berfungsi sebagai indra.


Step 2
Infeksi bakteri pada system genetalia, saraf, dan kulit
Step 3
Infeksi pada system genetalia
• Sifilis
-Definisi
-Etiologi :Treponema palidum
-GK :LI
-Patofisiologi :
-Pemeriksaan
-Pengobatan :pinisilin, tetrasiklin, azitrotmisin.
-Cara penularan :Free sex

• Vaginitis
-Definisi
-Etiologi :Bakteri Trikomonas vaginalis, e.coli
-GK : radang pada vagina, konsistensi cairan vagina encer sampai seperti lem berwarna abu2 homogen dan berbau amis
-Patofisiologi
-Pemeriksaan : lab.Ph vagina, Tes amin dg Koh 10 %, garam faal, kultur.
-Pengobatan :Pinisilin, tetrasiklin, metronidazol, eritromisin, klidamisin,
-Cara penularan :LI

• Gonorhea
-Definisi
-Etiologi :Neisseria gonoroeae.
-GK : asimtomatik, infeksi pada rectum dan secret purulen
-Patofisiologi
-Pemeriksaan
-Pengobatan :Pinisilin. Alternatifnya: ciprofloksasin, seftriakson atau spektinimisin
-Cara penularan : transmisi secara seksual

• Clamidia
-Definisi
-Etiologi :clamidia trakkomatis
-GK :asimtomatis, pada pria dapat terjadi uretritis, konjungtifitis dan anemia
-Patofisiologi
-Pemeriksaan
-Pengobatan :dosissiklin selama 7 hari / dosis tunggal
-Cara penularan :transmisi seksual
-Pencegahan :Kontrasepsi(kondom)
Infeksi pada system saraf
• Meningitis
-Definisi
-Etiologi :
-Jenis2 :meningitis meningokokus dan septicemia, meningitis haemophilus, meningitis pneumokocus, meningitis streptokocus grup B dan septikemia
-GK :LI
-Patofisiologi
-Pemeriksaan
-Pengobatan
-Cara penularan

• Tetanus
-Definisi
-Etiologi :Clostridium tetani
-GK
-Patofisiologi
-Pemeriksaan
-Pengobatan :Benzil penisilin, sedasi pasien, trakeaustomi.
-Cara penularan

Infeksi pada system kulit
• Lepra
-Definisi
-Etiologi :mycobacterium lephrae
-GK :lepromatosa(kelainan kulit berbentuk nodul. Papula , berinfiltratif, macula, biasanya menyerang saluran nafas atas) Tuberkoloid(lesi tunggal batas jelas parastesia)
-Patofisiologi
-Pemeriksaan
-Pengobatan
-Cara penularan


• Impetigo
-Definisi :infeksi kulit yg menyebabkan lepuhan2 berisi nanah dan berkeropeng
-Etiologi :
-GK
-Patofisiologi
-Pemeriksaan
-Pengobatan
-Cara penularan :Cairan yg berasal dari lepuhan

• Furunkel & karbunkel
-Definisi :
-Etiologi
-GK
-Patofisiologi
-Pemeriksaan
-Pengobatan
-Cara penularan
Step 5
LI semua

Step 6
Belajar Mandiri

Step 7
Infeksi pada system genetalia
• Sifilis
Definisi :
o penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum
o Merupakan penyakit infeksi sisitemik dan kronik yang ditandai oleh beberapa tahap yang mudah dibedakan secara klinis.
Etiologi :Treponema palidum
GK :
o Sifilis sekunder (6-8 minggu)
 Ruam makulopapular yang tidak gatal dan simetris dan terdapat pada sekuruh tubuh termasuk wajah, kulit, kepala, telapak tangan dan telapak kaki. Di mulut sebagai ulkus mukosa, pada rambut alopesia berbentuk bercak. Klinisnya :
o Sifilis tersier (kulit, membran mukosa dan tulang) terjadi 3 tahun atau lebih setelah tahap primer. Klinisnya :
 Guma kutan biasanya merupakan ulkus ‘punched out’ dengan dasar ‘wash leather’, depigmentasi sntral, hiperpigmentasi perifer yang sembuh untuk membentuk parut ‘kertas tissue’.
 Guma mukosa destruktif, periostisitis, (sabre tibia), guma hati, uveitis juga dapat terjadi.

Patofisiologi :
o Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema. Treponema dapat masuk melalui selaput lender yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan nampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. Sepuluh sampai 90 hari setelah terjadi infeksi, pada tempat masuk T.pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 2-6 minggu setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lender yang pada permulaan menyeluruh, kemudian mengadakan konfluesi dan berbentuk khas. Kadang2 kelainan kulit hanya sedikit atau spintas lalu.

Pemeriksaan :
 Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap - bahan pemeriksaan : cairan vesikel atau bula, lesi kondilomata, sekret hidung.
 Pemeriksaan serologi - bahan pemeriksaan : darah atau cairan serebrospinalis
 Pemeriksaan foto roentgen - tulang-tulang panjang
 VDRL untuk mengetahui apakah ada penyakit


Pengobatan :
o Sifilis primer dan sekunder
 Penisilin prokain setiap hari selama 14 hari, dosis tunggal penisilin G benzatin, atau tetrasiklin atau eritromisin selama 14 hari ( bila alergi thd penisilin)
o Sifilis tersier dan kuartener
 Tetrasilklin ( doksisiklin) selam 28 hari.
 Penisilin prokain dan probenesid oral selama 17 hari
 Kortikosteroid kadang-kadang diindikasikan pada sifilis tahap lanjut atau pada kehamilan.


Cara penularan :
o Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.


• Vaginitis
Definisi :
o peradangan pada vagina
o Sindrom klinik akibat pergantian lactobacillus Spp penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan flora normal dalam bakteri anaerobdalam konsentrasi
Etiologi : Trichomonas vaginalis.




GK :
o iritasi dan gatal di daerah genital
o peradangan (iritasi, kemerahan, dan pembengkakan yang disebabkan oleh kehadiran sel-sel kekebalan ekstra) dari labia majora, labia minora, atau area perineum
o vagina bau amis
o ketidaknyamanan atau terbakar ketika buang air kecil
o rasa sakit / iritasi dengan hubungan seksual
o asimtomatik
Patofisiologi :
o terjadi simbiosi antara G.vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan kuman anaerob beserta bakteri fakultatif dalam vagina yang mengubah asam amino menjadi amin, sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai suasana yang sesuai bagi pertumbuhan G.vaginalis. beberapa amin menyebabkan iritasi kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan duh tubuh berbau tidak sedap yang keluar dari vagina.
o G.vaginalis melekat pada sel-sel epitel vagina in vitro kemudian menambahkan deskuamasi sel eptel vagina sehingga terjadi perlekatan duh tubuh pada dinding vagina.

Pemeriksaan :
o Pemeriksaan sekret vagina : berwarna putih atau abu-abu , viskositas rendah atau normal, homogen dan jarang berbusa.
o Pemeriksaan preparat basah: dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas obyek glass kemudian ditutupi dengan coversliip. Kemudian dilihat dg mikroskop dengan perbasaran 4000 kali untuk melihat clue cells yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama Gardnerela Vaginalis). Pemeriksaan preparat basah sensifitas 60 % dan spesifitas 98%.
o Whiff tes: dinyatakan positif bila bau amis atau amin
o Tes lakmus untuk pH
o Pewarnaan gram sekret vagina
o Kultur vagina
Pengobatan :
o Metronidazol , dosis 2x4000 mg atau 500mg sehari selama 7 hari
o Kindamisin , 300 mg 2 kali sehari selama 7 hari
o Amoklav (500 mg amoksisilin dan dan a125 mg asam ) 3 hari sekama 7 hari
o Tetrasiklin 250 mg 4x sehari selama 5 hari
o Doksisilin : 100 mg 2xsehari selama 5 hari
o Eritromisin 500mg 4xsehari selama 7 hari

Cara penularan :
Cara penularan melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.


• Gonorhea
Definisi :
o Salah satu penyakit yang paling umum ditularkan dari satu orang ke orang lain selama aktivitas seksual.
o Infeksi mukosa pada epitel kolumnar yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Etiologi : Neisseria gonoroeae.
GK :
Perempuan
o Tidak ada gejala 30-40% dari waktu
o Gonore dapat menyebabkan penyakit radang pinggul (kondisi medis yang serius yang dapat mengakibatkan kemandulan)
o Infeksi dan iritasi pada leher rahim
o Sering buang air kecil
o Gatal dan membakar dari vagina, biasanya dengan tebal berwarna kuning / hijau
o Infeksi dan iritasi vagina (ini adalah bagaimana infeksi biasanya muncul pada anak-anak yang mungkin menjadi korban inses)
o Perdarahan antara menstruasi periode
pria
o Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil di kebanyakan laki-laki
o Tebal, kuning penis pelepasan 50% dari waktu
o Peradangan atau infeksi dari saluran di testis
o Infeksi atau peradangan prostat
Bayi yang baru lahir
 Iritasi selaput lendir di mata (jika tidak diobati, bisa menyebabkan kebutaan)

Patofisiologi :
o Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi kedalam sel epitel melalui jaringan sub epitel dimana gonokokus ini terpajan ke sisitem imun (serum, komplemen, imunoglobulin A (igA), dll) dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada gonokokus dimana dia mudah melekat dan berpenetrasi terhadap sel pejamu , begitu pula resistensi terhadap serum , fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit.

Pemeriksaan :
o Sediaan langsung
Pada sedian langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan diplokokus Gram negative, intraselular dan ekstraselular.
o Kultur
Untuk mengidentifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur).
o Tes definitive
1. tes oksidasi. Semua Neisseria member reaksi positif
2. tes fermentasi. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa
o Tes b-laktamase
Hasil positif ditunjukan dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim b-laktamase
o Tes Thomson
Dengan menempun urin pagi dalam 2 gelas,tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.


Pencegahan :
o Gunakan kondom lateks saat berhubungan seks.
o Hindari kontak seksual dengan risiko tinggi mitra.
o Memperlakukan mitra seksual yang terinfeksi atau telah mereka diuji sebelum melakukan hubungan seksual.
o Penyakit menular seksual lainnya termasuk sifilis, klamidia, dan HIV/AIDS

Pengobatan :
o 1x suntikan
Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik fluoroquinolones [contoh ciprofloxacin (Cipro, Cipro XR), ofloxacin (Floxin), dan levofloxacin (Levaquin)] yang banyak digunakan dalam pengobatan infeksi gonorrheal.
Cara penularan :
Hubungan seks vaginal, anal dan oral. Karena kontak langsung dengan pakaian/handuk


• Clamidia
Definisi :
Infeksi kelamin menular dan pria maupun wanita bisa tertular.
Etiologi : Chlamydia trachomatis
GK :
o Asimtomatik
o Pria mengalami uretritis, proktitis atau proktokolitis (pada pasien yang melakukan analsex)
o Konjungtivitis
o Konjungtivitis dan pneumonia pada bayi baru lahir.

Pemeriksaan :
o PCR swab genital ( vagina, serviks, atau anus) atau urin.
o Program skrining nasional penting untuk menegakkan diagnosis asimtomatik.
Pengobatan :
Infeksi C. trachomatis dapat disembuhkan dengan antibiotik secara efektif setelah terdeteksi. Centers for Disease Control (CDC – US) menyediakan pedoman untuk perawatan berikut:
* Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau
* Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama tujuh hingga empat belas hari.
* Tetrasiklin 500 mg, 4 x/hari selama 7 hari.
* Eritromisin
Cara penularan :
Hubungan seks vaginal dan anal.
Pencegahan :
o Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat Sifilis, 9A) dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika melakukan hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.
o Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria dewasa muda dengan spesimen urin.
Infeksi pada system saraf
• Meningitis
Definisi :
o Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
o Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
o Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Etiologi :
1.Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2.Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3.Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4.Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5.Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6.Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem p

Jenis2 :
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1.Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2.Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

GK :
o Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1.Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2.Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3.Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a)Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b)Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c)Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4.Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5.Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6.Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7.Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

Patofisiologi :
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pemeriksaan :
o 1.Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a)Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b)Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3.LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4.Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5.Elektrolit darah : Abnormal .
6.ESR/LED : meningkat pada meningitis
7.Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8.MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9.Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

Pengobatan :
pemberian antibiotik secara Infus (intravenous), beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone.
Cara penularan :
batuk, bersin, sering makan 1 sendok,merokok 1 batang bergantian.


• Tetanus
Definisi :
o Merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.
o suatu penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani, dan ditandai oleh adanya trismus, dysphagia dan kekakuan otot di sekitar luka, yang akan berkembang menjadi spasme otot general dan memberikan komplikasi berupa gagal napas dan ketidakstabilan kardiovaskular.

Etiologi : Clostridium tetani
GK :
o Tahap kaku otot :
 Trismus (kekakuan otot rahang)
 Kesulitan membuka mulut (lockjaw)
 Dapat timbul disfagia
 Demam ringan
 Dalam 24 jam kekakuan menyebar keleher, punggung, dada, dan otot dinding perut.
o Tahap spasmodik:
 Dalam 1-2 hari timbul konstraksi otot yang nyeri, bersifat intermiten dan spasmodik, sering disertai pucat dan berkeringat.
 Spasme menyebabkan mimik wajah menyeringai (risus sardonicus) dan lengkungan leher dan punggung (opistotonus)
 Spasme otot laring dan pernafasan menyebabkan gagal nafas
 Spasme terjadi secara spontan atau dapat dipicu oleh bising, batuk, dan gerakan
o Pada kasus berat, timbul tanda-tanda overaktisitas simpatis :
 Keringat berlebihan, demam, hipertensi, takikardia, aritmia jantung
o Pada pasien yang bertahan, spasme menghilang secara bertahap setelah 2-3 minggu dan kekakuan otot hilang setelah 1-2 minggu kemudian.

Patofisiologi :
Tetanus dimulai ketika spora dari Clostridium tetani memasuki jaringan rusak. Spora berubah menjadi bakteri berbentuk batang dan menghasilkan racun saraf tetanospasmin (juga dikenal sebagai toksin tetanus). Racun ini tidak aktif di dalam bakteri, tetapi ketika bakteri mati, itu dilepaskan dan diaktifkan oleh protease. Tetanospasmin aktif dibawa oleh mundur axonal transportasi ke sumsum tulang belakang dan batang otak di mana ireversibel mengikat ke reseptor pada situs tersebut. memotong membran protein yang terlibat dalam neuroexocytosis, yang pada gilirannya blok neurotransmisi . Pada akhirnya, hal ini menghasilkan gejala-gejala penyakit. Rusak atas motor neuron tidak bisa lagi lebih rendah menghambat motor neuron, ditambah mereka tidak dapat mengendalikan refleks aferen sensoris tanggapan terhadap rangsangan. Kedua mekanisme menghasilkan tanda kekakuan otot dan kejang. Demikian pula, kurangnya kontrol saraf kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan katekolamin, sehingga menghasilkan hypersympathetic luas negara dan otonom ketidakstabilan.
Pemeriksaan :
o Diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa :
1.Gejala klinik : Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus (sardonic smile).
2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
3. Kultur: C. tetani (+).
4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria
Pengobatan :
o Pemberian imunoglobullin tetanus manusia 20.000 IU intravena, diikuti oleh pembersihan luka.
o Benzilpenisiln IV atau IM selama 10 hari untuk mngradikasi fokus infeksi yang masih ada dan menghentikan produksi toksin lebih lanjut.
o Sedasi pasien : diazepam digunakan secara luas dan dapat mengendalikan spasme ringan.
o Trakeostomi pada pasien dnegan spasme
Cara penularan :
Spora tetanus masuk kedalam tubuh biasanya melalui luka tusuk yang tercemar dengan tanah, debu jalanan atau tinja hewan dan manusia, spora dapat juga masuk melalui luka bakar atau luka lain yang sepele atau tidak di hiraukan, atau juga dapat melalui injeksi dari jarum suntik yang tercemar yang dilakukan oleh penyuntik liar. Tetanus kadang kala sebagai kejadian ikutan pasca pembedahan termasuk setelah sirkumsisi.
Adanya jaringan nekrotik atau benda asing dalam tubuh manusia mempermudah pertumbuhan bakteri anaerobik.

Infeksi pada system kulit
• Lepra
Definisi :
o infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata.
o penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman tahan asam “Mycobacterium Leprae”.
Etiologi : Bakteri Mycobacterium leprae.
GK :
o Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar.
Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.
o Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk.
Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
o Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra.
Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
Patofisiologi :
o Respon inflamasi awal pada lokasi inokulasi bersifat nonspesifik yang bermanifestasi sebagai lepra indeterminat.
o Manifestasi selanjutnya bergantung pada derajat respon imunitas seluler spesifik
o Respons berlebihan menyebabkan granulomata epiteloid nonkaseosa dikulit dan saraf, dengan beberapa organisme yang terlihat (pausibasiler) biasanya terdapat pada lepra tuberkuloid
o respon imun yang berubah seluruhnya bersifat spesifik lepra , respon terhadap infeksi lainnya normal.
Pemeriksaan :
o apusan kulit positif untuk basil tahan asam
o PCR untuk DNA sangat sensitif dan spesifik namun saat ini digunakan sebagai alat penelitian.
o Test lepromin
o Bakteriologis : sediaan apas dari irisan kulit dan usapan mukosa hidung dengan pewarnaan Zeihl-Nielsen.
o Scrologis pengukuran antibody anti M.Leprae
o PA : Biopsi lesi kulit dan atau saraf
o ENMG

-Pengobatan :
o Lepra multibasiler (lepromatosa, lepromatosa borderline): kombinasi rifampisin, klofazimin, dan dapson selama 2 tahun.
o Lepra pausibasiler (tuberkuloid, tuberkuloid borderline) : rifampisin dan dapson selama 6 bulan.
o Pengobatan harus dilanjutkan selama terjadinya tipe reaksi apapun yg ditambah dengan:
 Tipe 1 : kortikosteroid
 Tipe 2: ringan-aspirin atau klorokuin, berat-kortikosteroid, talidomid (tidak diberikan pada wanita usia reproduksi)
o Pembedahan untuk deformitas dan rehabilitasi

Cara penularan :
Penularan kemungkinan besar lewat udara atau saluran pernafasan seperti batuk dan bersin. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.


• Impetigo
Definisi :
o Infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula).
o Merupakan infeksi kulit superfisial yang biasanya disebabkan oleh S.pyogenes dan jarang oleh S.aureus.

Etiologi : Staphylococcus aureus, dan kadang-kadang oleh Streptococcus pyogenes.
GK :
o Bintik-bintik merah yang kecil menjadi lepuh yang berisi nanah dan berkeropeng; biasanya pada muka, tangan atau kepala.
o Sering terjadi pada wajah (sekitar mulut dan hidung) atau dekat rentan trauma.
o Makula merah atau papul sebagai lesi awal.
o Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta.
o Lesi dengan krusta berwarna seperti madu.
o Vesikel atau bula.
o Pustula.
o Basah, dangkal, dan ulserasi eritematous.
o Lesi satelit.
o Limphadenopaty regional. (umumnya pada impetigo kontagiosa dan jarang pada impetigo bulosa).
Patofisiologi :
o awalnya timbul papul merah yang menjadi vesikuler kemudian pustular. Lesi mudah pecah, mengeluarkan push, dan mengalami koalesens untuk membentuk krusta tebal warna kuning keemasan. Pada infeksi luka dan luka bakar berbentuk kemerahan yang lebar disekitar luka dengan sekret berlebihan, yang kemudian membentuk krusta dengan kantong pus dibawahnya (pioderma)

Pemeriksaan:
o Pemeriksaan Laboratorium.
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons terhadap pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
a. Pewarnaan gram.
Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
b. Kultur cairan.
Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya Streptococcus aureus, atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri.
c. Biopsi dapat juga dilakukan jika ada indikasi.
o Pemeriksaan Lain:
a. Titer anti-streptolysin-O ( ASO), mungkin akan menunjukkan hasil positif lemah untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.
b. Streptozyme. Adalah positif untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan.

Pengobatan :
o fusidin atau musiprosin topikal pada kasus ringan selain eritromosin atau flukloksasilin peroral (flikloksasilin IV pada impetigo bulosa)
Pencegahan :
Mencuci tangan dengan teliti. Infeksi bisa dicegah dengan memelihara kebersihan dan kesehatan badan. Goresan ringan atau luka lecet sebaiknya dicuci bersih dengan sabun dan air, bila perlu olesi dengan zat anti-bakteri.
Untuk mencegah penularan:
1. Hindari kontak dengan cairan yang berasal dari lepuhan di kulit
2. Hindari pemakaian bersama handuk, pisau cukur atau pakaian dengan penderita
3. Selalu mencuci tangan setelah menangani lesi kulit.

Cara penularan :
Merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan yang berasal dari lepuhannya.

• Furunkel & karbunkel
Definisi :
Furunkel atau bisul adalah penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan perifolikuler, bulat, nyeri, berbatas tegas yang berakhir dengan supurasi ditengah. Jika lebih dari satu disebut furunkulosis. Karbunkel ialah furunkel yang berkonfluensi ‘mata’ yang terpisah.
(cindy)
Etiologi : Staphylococcus aureus
GK :
o Nodul merah dan sakit
o Ukuran > 1-2 cm + central necrotic plug
o Nodule à lembek + pembentukan abses

o Pecah atau drainage pustula à membuang/ melepaskan jaringan nekrotik
o Multipel & penggabungan furunkel (Big Nodule) à carbuncle à multipel follicular orifices (saluran keluar) à keluarkan pus
Pemeriksaan :
Secara klinis, isolasi Staphylococcus aureus dgn PCR
-Pengobatan :
 Jika hanya beberapa buah, cukup dengan antibiotic topical. Jika banyak, diberikan antibiotic topical dan sistemik.
 Untuk furunkel dini dapat diberikan kompres air hangat dan antibiotic, misalnya golongan laktam, eritromisin, atau sefalosforin per oral dengan dosis 1-2 g/hari bergantung pada beratnya penyakit. Bila mengalami supurasi maka furunkel diinsisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar