04 November, 2009

BLOK 9 LBM 2 nyeri neuropatik

STEP 1
Intensitas nyeri:
• seberapa sering nyeri terjadi
• Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu
Nyeri tekan: nyeri yang timbul bila ditekan didaerah yang terjdi kerusakan jaringan
Nyri neuropatik: nyeri yang didahului atau disebabkan oleh kerusakan sistem saraf

STEP 2
• Nyeri neuropatik
• Nyeri neuropatik dan intensitas nyeri
STEP 3
Nyeri neuropatik
1. Definisi
nyeri yang didahului atau disebabkan oleh kerusakan sistem saraf
2. Etiologi:
Penyebab: dapat timbul dari kondisi (gangguan)yang mempengaruhi sistem saraf
Tanda2: serangannya mendadak, tidak ada nyeri tekan
3. Patofisiologi:denyut jantung cpat,tkanan darah tinggi
4. Mekanisme: LI
5. Klasifikasi dan karakteristik:
Klasifikasi Penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya
Perifer,dapat diaibatkan neuropati
Medulla spinalis
Otak
Berdasarkan gejala
Nyeri spontan
Nyeri oleh karena stimulus
Gabungan antara keduanya
6. Karakteristik:
Intensitas nyeri
1. Definisi: Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu
2. Jenis: NOVI
Pengukuran sensorik ad 3 meto
Toleransi nyeri
3. Cara pengukuran nyeri: menggunakan respon FISiologi tubuh terhdp nyeri itu sndiri
Tehniknya:
• Skala intersitas nyeri deskritif
• Skala intensitas nyeri numerik
• Skala analog visual
• Skala nyeri menurut bourbanis
STEP 4
STIMULUS

NON INFLAMASI INFLAMASI

TERAPI

NEUROPATIK




STEP 5
LI SEMUA
Nyeri neuropatik
1. Definisi
nyeri yang didahului atau disebabkan oleh kerusakan sistem saraf
2. Etiologi:
Penyebab: dapat timbul dari kondisi (gangguan)yang mempengaruhi sistem saraf
Tanda2: serangannya mendadak, tidak ada nyeri tekan
3. Patofisiologi:denyut jantung cpat,tkanan darah tinggi
4. Mekanisme: LI
5. Klasifikasi dan karakteristik:
Klasifikasi Penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya
Perifer,dapat diaibatkan neuropati
Medulla spinalis
Otak
Berdasarkan gejala
Nyeri spontan
Nyeri oleh karena stimulus
Gabungan antara keduanya
6. Karakteristik:
Intensitas nyeri
1. Definisi: Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu
2. Jenis: NOVI
Pengukuran sensorik ad 3 meto
Toleransi nyeri
3. Cara pengukuran nyeri: menggunakan respon FISiologi tubuh terhdp nyeri itu sndiri
Tehniknya:
o Skala intersitas nyeri deskritif
o Skala intensitas nyeri numerik
o Skala analog visual
o Skala nyeri menurut bourbanis

STEP 6
BELAJAR MANDIRI

STEP 7
Nyeri neuropatik
1. Definisi
• Nyeri neuropatik yang didefinisikan sebagai nyeri akibat lesi jaringan saraf baik perifer maupun sentral bisa diakibatkan oleh beberapa penyebab seperti amputasi, toksis (akibat khemoterapi) metabolik (diabetik neuropati) atau juga infeksi misalnya herpes zoster pada neuralgia pasca herpes dan lain-lain.
• Nyeri neuropatik adalah non-self-limiting dan nyeri yang dialami bukan bersifat sebagai protektif biologis namun adalah nyeri yang berlangsung dalam proses patologi penyakit itu sendiri.
• Adalah nyeri yang timbul sebagai konsekuensi langsung terhadap adanya lesi atau penyakit yang mengenai somatosensorik.(sha2)
• Gejala klinik yang timbul akibat kelainan sistem perifer (medulla spinalis dan ganglion radix dorsalis)
2. Etiologi:
a. Penyebab:
• Nyeri neuropatik dapat timbul dari kondisi yang mempengaruhi sistem saraf tepi atau pusat. Gangguan pada otak dan korda spinalis, seperti multiple sclerosis, stroke, dan spondilitis atau mielopati post traumatik
• Gangguan sistem saraf tepi yang terlibat dalam proses nyeri neuropatik termasuk penyakit pada saraf spinalis, ganglia dorsalis, dan saraf tepi. Kerusakan pada pada saraf tepi yang dihubungkan dengan amputasi, radikulopati, carpal tunnel syndrome dapat menyebabkan nyeri neuropatik
• Nyeri neuropatik juga dapat dihubungkan dengan penyakit infeksius, yang paling sering adalah HIV. Cytomegalovirus, yang sering ada pada penderita HIV, juga dapat menyebabkan low back pain, radicular pain, dan mielopati. Nyeri neuropati adalah hal yang paling sering dan penting dalam morbiditas pasien kanker. Nyeri pada pasien kanker dapat timbul dari kompresi tumor pada jaringan saraf atau kerusakan sistem saraf karena radiasi atau kemoterapi
• Disebabkan oleh kerusakan sistem saraf yang bertugas menghantarkan sensasi nyeri yang akan menimbulkan kehilang fungsi atau tanda2 defisit sensorik
• Suatu kelainan disepjang suatu jalur syaraf, yang akan menggang sinyal syaraf yang nantinya akan diartikan salah oleh syaraf.
3. Patofiologi
• Perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium dan kalium terjadi setelah cedera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas membran, sehingga muncul aktivitas ektopik yang bertanggung jawab terhadap munculnya nyeri neuropatik spontan
• Trauma atau lesi serabut saraf di perifer atau sentral dapat memacu terjadinya remodelling atau hipereksibilitas membran sel. Di bagian proksimal lesi yang masih berhubungan dengan badan sel dalam beberapa jam atau hari, tumbuh tunas-tunas baru (sprouting). Tunas-tunas baru ini, ada yang tumbuh dan mencapai organ target, sedangkan sebagian lainnya tidak mencapai organ target dan membentuk semacam pentolan yang disebut neuroma. Pada neuroma terjadi akumulasi berbagai ion-channel, terutama Na+ channel. Akumulasi Na+ channel menyebabkan munculnya ectopic pacemaker. Di samping ion channel juga terlihat adanya molekul-molekul transducer dan reseptor baru yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya ectopic discharge, abnormal mechanosensitivity, thermosensitivity, dan chemosensitivity, Ectopic discharge dan sensitisasi dari berbagai reseptor (mechanical, termal, chemical) dapat menyebabkan timbulnya nyeri spontan dan evoked pain.
• Baik nyeri neuropatik perifer maupun sentral berawal dari sensitisasi neuron sebagai stimulus noksious melalui jaras nyeri sampai ke sentral. Bagian dari jaras ini dimulai dari kornu dorsalis, traktus spinotalamikus (struktur somatik) dan kolum dorsalis (untuk viseral), sampai talamus sensomotorik, limbik, korteks prefrontal dan korteks insula. Karakteristik sensitisasi neuron bergantung pada: meningkatnya aktivitas neuron; rendahnya ambang batas stimulus terhadap aktivitas neuron itu sendiri misalnya terhadap stimulus yang nonnoksious, dan luasnya penyebaran areal yang mengandung reseptor yang mengakibatkan peningkatan letupan-letupan dari berbagai neuron.
• Nyeri neuropatik muncul akibat proses patologi yang berlangsung berupa perubahan sensitisasi baik perifer maupun sentral yang berdampak pada fungsi sistem inhibitorik serta gangguan interaksi antara somatik dan simpatetik. Keadaan ini memberikan gambaran umum berupa alodinia dan hiperalgesia. Permasalahan pada nyeri neuropatik adalah menyangkut terapi yang berkaitan dengan kerusakan neuron dan sifatnya ireversibel. Pada umumnya hal ini terjadi akibat proses apoptosis yang dipicu baik melalui modulasi intrinsik kalsium di neuron sendiri maupun akibat proses inflamasi sebagai faktor ekstrinsik. Kejadian inilah yang mendasari konsep nyeri kronik yang ireversibel pada sistem saraf. Atas dasar ini jugalah maka nyeri neuropatik harus secepat mungkin di terapi untuk menghindari proses mengarah ke plastisitas sebagai nyeri kronik. Neuron sensorik nosiseptif berakhir pada bagian lamina paling superfisial dari medula spinalis.
4. Mekanisme:
Disfungsi sistem saraf yang bertanggung jawab terhadap munculnya nyeri, dapat berasal dari: (A) sistem saraf perifer, (B) ganglion radiks dorsalis, dan (C) medula spinalis. Pada sistem saraf perifer dapat terjadi sensitisasi, autosensitisasi nosiseptor, heterosensitisasi reseptor non nosiseptif, impuls ektopik berkepanjangan, dan koneksi ephaptik. Perubahan fenotip sel saraf sensoris dapat terjadi pada ganglion radiks dorsalis. Pada medula spinalis, dapat terjadi sensitisasi sentral, peningkatan sensitivitas reseptor post sinaptik, dan disinhibisi (Andres dan Ribas, 2003).
5. Klasifikasi dan karakteristik:
a. Berdasarkan penyakit yang mendahului dan letak anatomisnya, nyeri neuropati terbagi menjadi :
• Perifer, dapat diakibatkan oleh neuropati, nueralgia pasca herpes zoster, trauma susunan saraf pusat, radikulopati, neoplasma, dan lain-lain
• Medula spinalis, dapat diakibatkan oleh multiple sclerosis, trauma medula spinalis, neoplasma, arakhnoiditis, dan lain-lain
• Otak, dapat diakibatkan oleh stroke, siringomielia, neoplasma, dan lain-lain
b. Berdasarkan gejala, nyeri neuropati terbagi menjadi :
Nyeri spontan (independent pain)
Perubahan ekspresi dan distribusi saluran ion natrium dan kalium terjadi setelah cedera saraf, dan meningkatkan eksitabilitas membran, sehingga muncul aktivitas ektopik yang bertanggung jawab terhadap munculnya nyeri neuropatik spontan
nyeri oleh karena stimulus (evoked pain)
Gabungan antara keduanya
c. Berdasarkan letak lesi
1. Nyeri neuropatik perifer  Letak lesi di system aferen perifer, mulai dari saraf tepi, ganglion radix dosalis sampai ke radix dorsalis
Contoh : Diabetik Periferal Neuropati (DPN), Post Herpetik neuralgia (PHN), CRPS type I, CRPS type II, Trigeminal Neuralgia
2. Nyeri neuropatik sentral  Letak lesi dari medulla spinalis, sampai ke korteks
Contoh : nyeri pasca stroke, sklerosis multiple, nyeri pasca trauma medulla spinalis
d. Berdasarkan waktu terjadinya
1. Nyeri neuropatik akut  Nyeri yang dialami kurang dari 3 bulan
Contoh : neuralgia herpetika, acute inflammatory demyalinating neuropathy.
2. Nyeri neuropatik kronik  nyeri yang dialami lebih dari 3 bulan
Dibagi menjadi 3
a) Malignan,,contoh: nyeri kanker/metastasis, pasca operatif, pasca radioterapi,pasca kemoterapi
b) Non-malignan,,contoh: neuropatik diabetic, Sindroma Terowongan Karpal, neuropatik toksik, avulsi pleksus, trauma medulla spinalis, neuralgia pasca-herpes.

e. Berdasrkan etiologi
1. Saraf tepi
a. Trauma: neuropati jebakan, transeksi saraf termasuk pembedahan, kausalgia, amputasi dengan nyeri putung(stump pain), nyeri perut, nteri pasca torakotomi
b. Mononeuropati: diabetes, infasi saraf/pleksus oleh keganasan, iradiasi pleksus, iradiasi iskemik
c. Polineuropati: diabetes, alcohol, nutrisi, amoloid, penyakit fabry, isoniasid, idiopatik
2. Radix dan ganglion  diskus (prolaps) Arakhnoiditis, Avulsi radiks, Rizotomi operatif dan penyebab Neuralgia pasca herpes
3. Medulla spinalis  transeksi total, hemiseksi, kontusio atau kompresio
f. Berdasrkan simetri/asimetri
1. Asimetri
- Neuralgi kranialis
- Oleh karena kompresi saraf
- Neuroma
- Neuropati pleksus
- Metabolic/diabetic
- Neuropatik angiopatik
2. Simetri
- Metabolic
- Toksin
- Reaksi imun
- Herediter

Intensitas nyeri
1. Definisi: Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu
Sesorang akan merasa nyeri jika terkena suhu lebih dari 45 drajat, terjadi karena kerusakan jaringan

2. Cara pengukuran nyeri: pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1) skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.

Ada 3 tipe pengukuran nyeri yaitu : self-report measure, observational measure, dan pengukuran fisiologis.

• Self-report measure
Pengukuran tersebut seringkali melibatkan penilaian nyeri pada beberapa jenis skala metrik. Seorang peenderita diminta untuk menilai sendiri rasa nyeri yang dirasakan apakan nyeri yang berat (sangat nyeri), kurang nyeri dan nyeri sedang. Menggunakan buku harian merupakan cara lain untuk memperoleh informasi baru tentang nyerinya jika rasa nyerinya terus menerus atau menetap atau kronik. Cara ini sangat membantu untuk mengukur pengaruh nyeri terhadap kehidupan pasien tersebut. Penilaian terhadap intensitas nyeri, kondisi psikis dan emosional atau keadaan affektif nyeri juga dapat dicatat. Self-report dianggap sebagai standar gold untuk pengukuran nyeri karena konsisten terhadap definisi/makna nyeri. Yang termasuk dalam self-report measure adalah skala pengukuran nyeri (misalnya VRS, VAS, dll), pain drawing, McGill Pain Quesioner, Diary, dll).

• Observational measure (pengukuran secara observasi)
Pengukuran ini adalah metode lain dari pengukuran nyeri. Observational measure biasanya mengandalkan pada seorang terapis untuk mencapai kesempurnaan pengukuran dari berbagai aspek pengalaman nyeri dan biasanya berkaitan dengan tingkah laku penderita. Pengukuran ini relatif mahal karena membutuhkan waktu observasi yang lama. Pengukuran ini mungkin kurang sensitif terhadap komponen subyektif dan affektif dari nyeri. Yang termasuk dalam observational measure adalah pengukuran tingkah laku, fungsi, ROM, dan lain-lain.

• Pengukuran fisiologis
Perubahan biologis dapat digunakan sebagai pengukuran tidak langsung pada nyeri akut, tetapi respon biologis pada nyeri akut dapat distabilkan dalam beberapa waktu karena tubuh dapat berusaha memulihkan homeostatisnya. Sebagai contoh, pernapasan atau denyut nadi mungkin menunjukkan beberapa perubahan yang kecil pada awal migrain jika terjadi serangan yang tiba-tiba dan keras, tetapi beberapa waktu kemudian perubahan tersebut akan kembali sebelum migrain tersebut menetap sekalipun migrainnya berlangsung lama. Pengukuran fisiologis berguna dalam keadaan dimana pengukuran secara observasi lebih sulit dilakukan. Yang termasuk dalam pengukuran fisiologis adalah pemeriksaan denyut nadi, pernapasan, dll.

Pengukuran nyeri terdiri dari pengukuran komponen sensorik (intensitas nyeri) dan pengukuran komponen afektif (toleransi nyeri).
Pengukuran komponen sensorik
Ada 3 metode yang umumnya digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri yaitu Verbal Rating Scale (VRS), Visual Analogue Scala (VAS), dan Numerical Rating Scale (NRS).
• VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari “no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS merupakan alat pemeriksaan yang efektif untuk memeriksa intensitas nyeri. VRS biasanya diskore dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas nyerinya. Sebagai contoh, dengan menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan skore “0”, mild (kurang nyeri) dengan skore “1”, moderate (nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri keras) dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan skore “4”. Angka tersebut berkaitan dengan kata sifat dalam VRS, kemudian digunakan untuk memberikan skore untuk intensitas nyeri pasien. VRS ini mempunyai keterbatasan didalam mengaplikasikannya. Beberapa keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan

• Numeral Rating Scale adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). Dengan skala NRS-101 dan skala NRS-11 point, dokter/terapis dapat memperoleh data basic yang berarti dan kemudian digunakan skala tersebut pada setiap pengobatan berikutnya untuk memonitor apakah terjadi kemajuan.

• VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skorenya yang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skore tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya. Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada pengukuran lainnya seperti VRS skala 5-point karena responnya yang lebih terbatas. Begitu pula, VAS lebih sensitif terhadap perubahan pada nyeri kronik daripada nyeri akut (Carlson, 1983 ; McGuire, 1984). Ada beberapa keterbatasan dari VAS yaitu pada beberapa pasien khususnya orang tua akan mengalami kesulitan merespon grafik VAS daripada skala verbal nyeri (VRS) (Jensen et.al, 1986; Kremer et.al, 1981). Beberapa pasien mungkin sulit untuk menilai nyerinya pada VAS karena sangat sulit dipahami skala VAS sehingga supervisi yang teliti dari dokter/terapis dapat meminimalkan kesempatan error (Jensen et.al, 1986). Dengan demikian, jika memilih VAS sebagai alat ukur maka penjelasan yang akurat terhadap pasien dan perhatian yang serius terhadap skore VAS adalah hal yang vital (Jensen & Karoly, 1992)
LAPORAN HASIL SGD
NYERI NEUROPATIK



Disusun oleh:
Aulia Ika
Dwi Felsha
Isa Ansori
Muhamad Fachlevi
Novi Sagita
Radella Istiqomah
Tisa Munisa
Widia Kurnia
Yunita Styaningrum

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar